Bandung (ANTARA News) - Situ Cileunca di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung yang menyusut lebih dari 50 persen dari ketinggian debit normal kini ajang balapan motor grass track oleh penggemar otomotif setempat.

"Sebagian situ mengering dan airnya di menyusut, lahan yang kering kami gunakan untuk balapan motor, ya memanfaatkan lahan yang keringnya saja," kata Rohmana, salah seorang penggemar balapan grass rack di Pangalengan Bandung, Selasa.

Balapan motor jenis trail baik sport, bebek maupun matik tersebut puncaknya pada setiap akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu lalu. Namun setiap hari trek yang berlokasi di sebelah timur situ tersebut dijadikan ajang latihan.

"Tekstur tanah yang kering kebetulan rata, jadi cocok untuk balapan. Kami tidak merusak lingkungan, tapi memanfaatkannya saat situ sedang surut," katanya.

Padahal pada musim penghujan, tempat yang dijadikan sirkuit balapan itu biasanya tergenang air.

Sementara itu berdasarkan pantauan, debit air Situ Cileunca yang kerap menjadi ajang lomba dayung itu menyusut tajam. Bahkan beberapa warga setempat menyebutkan penurunan debit airnya sudah melebihi dari 50 persen debit normal situ yang juga obyek wisata unggulan Bandung selatan itu.

"Surutnya sudah di atas 50 persen, sejumlah mata airnya kering, juga beberapa anak sungainya. Tapi aktivitas wisata terus berjalan, pengunjung ada saja yang datang, khususnya akhir pekan," kata Solehudin, warga Cileunca.

Sementara itu surutnya Cileunca juga terlihat dari instalasi pembuangan air dari situ itu. Permukaan air sudah berada sekitar 10 meter dari bibir lubang pembuangan air yang berlokasi di bibir bendungan Cileunca yang juga digunakan jalan raya Pangalengan - Talegong - Rancabuaya Kabupaten Garut itu.

Bangunan berbentuk bulat itu mengering bagian atasnya, padahal pada musim penghujan instalasi itu hampir tertutup oleh air.

"Sekarang hanya terlihat bekas genangan airnya saja berwarna coklat, jangankan membuang air ke pembuangan itu, mempertahankan debitairnya saja sulit karena terus menyusut," katanya.

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015