Berdasarkan pantuan Antara, posko evakuasi di Balai Serindit di Kediaman Dinas Gubernur Riau terdapat 11 orang mengungsi. Mereka terdiri dari empat orang balita dan tujuh orang dewasa.
Sementara itu, di Posko Evakuasi di Aula Kantor Dinas Pekerjaan Umum Riau terdapat 10 bocah, satu balita dan lima orang ibu. Di lokasi tersebut disediakan tempat tidur lipat, tempat tidur bayi hingga mainan anak-anak.
Salah satu warga yang mengungsi ke Balai Serindit, Ahmad, mengatakan terpaksa membawa anaknya akibat kabut asap masih pekat hingga masuk kedalam rumahnya.
"Asapnya masuk sampai dalam rumah. Sebenarnya lumayan berkurang kalau kami menyalakan kipas angin, tapi listrik juga sering padam," keluh Ahmad.
Ia mengatakan kondisi kabut asap makin menyusahkan warga karena dibarengi dengan pemadaman listrik bergilir dari PT PLN (Persero). Sebabnya, pemadaman listrik bisa sampai tiga kali dalam sehari dengan total durasi sekitar enam jam.
"Listrik dirumah kami mati sehari tiga kali, bahkan untuk mandi susah karena pompa air kami sering mati. Jadi adanya posko evakuasi ini lumayan membantu kami," katanya.
Seorang warga, Donia Tanti, yang mengungsi berharap agar pemerintah segera menuntaskan masalah kebakaran dan asap. Ia mengatakan sudah dua bulan lebih warga Pekanbaru sulit bernafas akibat udara terus tercemar kabut asap.
Donia Tanti datang membawa anaknya bernama Andina yang masih berumur dua tahun. Ia khawatir akan pertumbuhan anaknya apabila terus terpapar kabut asap.
"Anak saya sampai sekarang batuk tak sembuh-sembuh. Kami harap pemerintah serius menghukum para pembakar lahan. Sudah terlalu lama kami menderita gara-gara asap," harapnya.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015