"Ini merupakan awal dari upaya efesiensi Bank Indonesia dengan seluruh perbankan untuk menggalakkan GNNT ini," ujar Pemimpin Wilayah BNI Makassar, Slamet Djumantoro, di Makassar, Minggu.
Dia mengatakan, alat transaksi tap cash yang sudah diluncurkan BNI beberapa waktu lalu sudah dilakukan di Jakarta dan Pulau Bali. Meskipun belum banyak yang menggunakannya.
Djumantoro mengaku tap cash yang telah diluncurkannya itu sudah disosialisasikan dan didemonstrasikan di Pulau Jawa dan Jakarta. Sedangkan wilayah lainnya di Indonesia baru akan dilakukan sosialisasi.
"Di Jakarta sama Jawa itu sudah kita lakukan dan sudah bisa dipakai. Tapi hanya beberapa tempat saja yang bisa dipakai untuk transaksi. Khan memang kami baru mau sosialisasi bersama BI dan bank lainnya," katanya.
Ia mengaku, alat transaksi yang digunakan sejak lama hingga saat ini seperti material logam dan uang kertas serta tinta lainnya itu didatangkan langsung dari beberapa negara, di antaranya Australia.
Untuk material uang Rp100.000, kata dia, didatangkan langsung dari Australia karena kualitas kertas serta material lainnya itu lebih bagus. Namun, mencetak uang tunai itu disebutnya sangat besar.
"Bayangkan saja kalau uang logam yang dicetak itu materialnya lebih mahal. Mencetak uang Rp100.000 itu sama nilainya, belum lagi biaya lain-lainnya. Pokoknya lebih mahal," jelasnya.
Dia juga mengungkapkan jika pada sosialisasi sebelumnya di Pulau Jawa dan Jakarta, Bank Indonesia (BI) menggandeng sejumlah perbankan nasional dan lokal untuk ikut menggalakkan sosialisasi penggunaan GNNT.
Beberapa transaksi non tunai yang disosialisasikan meliputi penggunaan uang elektronik dan pembayaran dengan kartu, di antaranya kartu debit dan kartu kredit.
Para perbankan yang sudah siap dengan GNNT ini yakni BNI dengan tap cash, Bank Mandiri dengan uang elektronik e-money, BRI dengan brizzi, BCA dengan flazz.
"Penggunaan alat transaksi non tunai ini akan sangat menguntungkan dan lebih efisien dilakukan. Negara juga diuntungkan karena bisa menghemat pembuatan uang tunai," katanya.
Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015