Sampit, Kalimantan Tengah (ANTARA News) - Hasil panen sarang burung walet di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menurun selama musim kabut asap tiga bulan terakhir.
"Entah karena waletnya sulit mencari makan akibat asap atau penyebab lain, yang jelas selama musim kabut asap ini sarang yang dihasilkan lebih kecil dari biasanya," kata Toto, pengusaha sarang walet di Sampit, Minggu.
Dia menduga kabut asap yang melanda daerah ini membuat walet kesulitan mencari makan. Selain asap, banyak pepohonan yang rusak akibat kebakaran lahan sehingga tempat mencari makan juga berkurang. Kondisi ini berpengaruh terhadap produksi sarang walet yang terlihat dari ukurannya lebih kecil.
Pelaku bisnis walet hanya bisa pasrah menghadapi kondisi saat ini. Padahal, harga sarang burung walet dalam sebulan terakhir naik cukup tinggi diperkirakan karena menurunnya produksi sarang burung walet.
Toto mengungkapkan, harga sarang jenis mangkok naik dari Rp7,5 juta menjadi Rp8 juta per kilogram. Sebelumnya sempat pada harga Rp5 juta per kilogram.
"Harga sarang jenis sudut Rp6 juta dan jenis patahan Rp5 juta per kilogram," lanjutnya.
Pembudidaya sarang burung walet biasanya menjual hasil panen mereka kepada pengepul yang datang dengan rutin. Namun pengusaha skala besar ada yang menjual ke Banjarmasin, bahkan ke pulau Jawa karena harganya lebih tinggi.
Harga sarang burung walet memang berfluktuasi, namun dinilai cukup prospektif sehingga banyak warga yang menggeluti usaha ini. Saat harga tinggi beberapa tahun lalu, satu kilogram sarang walet mencapai belasan juta rupiah.
Budidaya sarang burung walet di Kotawaringin Timur mulanya berkembang di Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Saat ini kawasan itu pula yang menjadi penghasil sarang walet terbesar di daerah ini.
Kawasan itu pun kini tampak seperti kota besar karena diperkirakan ada ratusan bangunan pembudidayaan sarang walet layaknya gedung-gedung tinggi.
Pewarta: Norjani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015