Dengan kata lain kualitas udara masih berbahaya dan sudah membutuhkan langkah-langkah penanganan karena sudah berlangsung selama dua hari sejak kemarin,"
Sawahlunto (ANTARA News) - Kualitas udara di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, masih berada dalam kategori berbahaya akibat kepungan kabut asap, Jumat, kata pejabat pemerintahan setempat.
Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) setempat, Iwan Kartiwan, di Sawahlunto, mengatakan dari hasil pengukuran lanjutan yang dilakukan pihaknya terhadap tingkat pencemaran udara (PM-10) hingga sore ini, konsentrasi asap sedikit menurun dari Kamis(22/10), yakni 569 pada satuan ppm atau setara dengan besaran indeks standar pencemaran udara dengan skala 469.
"Dengan kata lain kualitas udara masih berbahaya dan sudah membutuhkan langkah-langkah penanganan karena sudah berlangsung selama dua hari sejak kemarin," kata dia.
Dia mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya sejak hari ini para pelajar di semua tingkatan sudah diliburkan oleh pemerintah daerah sampai tingkat konsentrasi asap tidak berbahaya.
Menurutnya, langkah berikut yang harus disiapkan adalah upaya antisipasi meningkatnya penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) oleh institusi terkait, seperti imbauan untuk tetap menggunakan masker yang memiliki lapisan penyaring udara berlapis atau menutup hidung dan mulut dengan masker berbahan kain yang sudah dibasahi, apabila sedang beraktifitas diluar ruangan.
"Hindari kegiatan yang berlebihan dan segera datang ke unit instalasi kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis apabila dirasakan gejala penyakit ISPA yang biasanya didahului dengan sesak nafas," kata dia.
Terkait risiko yang bisa dirasakan apabila terlalu lama menghirup udara tidak sehat, menurutnya efek yang bisa ditimbulkan cukup beragam sesuai kategori dan rentang pencemaran yang terjadi.
Dia mencontohkan, untuk kategori sedang dengan rentang ISPU antara 51 hingga 100, sudah memicu perubahan kimia pada darah serta luka pada beberapa spesies tumbuhan. Selain itu juga ditandai dengan menurunnya jarak pandang serta udara akan berbau.
"Apabila terus meningkat dan sudah berada pada level berbahaya seperti sekarang ini, tentu akan memiliki risiko lebih berat pada semua populasi yang terpapar," ujar dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun GAW Koto Tabang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mendeteksi satu titik panas di provinsi itu melalui satelit Terra & Aqua pada Jumat pagi (23/10) pukul 05.00 WIB.
"Dari pantauan terakhir, terdapat 273 titik panas yang tersebar di Pulau Sumatera, salah satunya terdapat di Sumbar yaitu di Dharmasraya," kata Kepala Seksi Meteorologi BMKG GAW Koto Tabang, Budi Satria saat dikonfirmasi dari Padang, Jumat.
Pewarta: Junisman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015