Diharapkan kebijakan-kebijakan negara itu dapat memperbaiki perekonomian global, sehingga turut mendorong perekonomian Indonesia

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp13.608 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.640 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa nilai tukar rupiah mengalami penguatan setelah investor asing meningkatkan kepemilikan saham dan obligasi di dalam negeri.

"Ada arus masuk modal yang memberikan dukungan bagi rupiah di tengah asumsi kenaikan suku bunga acuan AS yang belum pasti," katanya.

Ia menambahkan bahwa paket-paket kebijakan pemerintah yang telah dikeluarkan juga cukup direspon positif oleh pelaku pasar uang, sehingga membuat kinerja mata uang rupiah menjadi salah satu yang terbaik di kawasan Asia.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa adanya harapan dari kebijakan bank sentral Eropa (ECB) yang akan lebih aktif lagi mendorong perekonomiannya juga berdampak positif bagi mata uang di kawasan Asia.

"Presiden ECB Mario Draghi menegaskan kemungkinan mengambil opsi pemangkasan suku bunga lebih lanjut untuk menstimulasi ekonomi negara di kawasan Euro. ECB memberikan sinyal akan memperluas program quantitative easing (QE) untuk meredam kejatuhan inflasi," katanya.

Sementara itu, lanjut dia, setelah Tiongkok melakukan devaluasi mata uangnya, kemungkinan akan memangkas suku bunga lebih besar lagi guna mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Diharapkan kebijakan-kebijakan negara itu dapat memperbaiki perekonomian global, sehingga turut mendorong perekonomian Indonesia," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Jumat (23/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.491 dibandingkan hari sebelumnya (22/10) Rp13.640 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015