"Saya senang kami sudah siapakan kebijakan startegis untuk menangani kondisi saat ini yang butuh strategi fiskal jangka pendek," ujar dia di Jakarta, Kamis, dalam sambutannya di acara peluncuran Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) edisi bulan Oktober 2015.
Menurut Bambang, reformasi anggaran adalah awal penting untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan dia berusaha menaikkan belanja negara pada sektor yang produktif.
"Kami juga sudah reformasi subsidi yang digunakan untuk infrastruktur. Ini kali pertama dalam sejarah," klaimnya bangga.
Bambang optimistis pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan indikator makro dalam negeri yang masih baik seperti inflasi yang tidak terlalu besar, FDI yang menunjukan tren baik setidaknya naik 15 persen per kuartal, dan neraca dagang surplus 7 miliar dolar AS sejak Januari.
"Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sudah berhasil navigasi atau melalui ketidakpastian. Salah satu indikator sisi positifnya adalah keputusan S&P menjadi stabil dengan mendekati tingkat investasi," kata Bambang.
Namun dia mengaku kondisi ekonomi global saat ini tidak baik bahkan IMF merevisi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 3,3 persen pada Juli dan jadi 3,1 persen Oktober ini.
Menurut dia, ketidakpastian ekonomi global seperti saat ini terjadi tidak hanya mempengaruhi negara berkembang seperti Indonesia, namun juga negara maju yang pun mengalami krisis ekonomi.
"Kinerja negara maju terpengaruh, AS yang awalnya diharapkan jadi pendorong ekonomi dunia masih berupaya bangkit, Eropa juga bahkan Jepang pun masih lemah terlebih Tiongkok mendevaluasi mata uang, ketidakpastian ini jadi fenomena yang akan mempengaruhi ekonomi berkembang, termasuk Indonesia," pungkas Bambang.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
