Kami menekankan pembangunan industri kuat karena selama ini industri tergantung komoditas ekspor sehingga saat terjadi pelemahan penurun harga komoditas secara internasional, merugikan perekonomian kita,"
Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menekankan pentingnya pembangunan industri yang kuat karena selama ini industri masih bergantung pada komoditas ekspor.
"Kami menekankan pembangunan industri kuat karena selama ini industri tergantung komoditas ekspor sehingga saat terjadi pelemahan penurun harga komoditas secara internasional, merugikan perekonomian kita," tutur Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto di Jakarta, Rabu.
Untuk mengatasi hal tersebut, menurut dia, perlu dibangun sektor industri kuat yang tidak bergantung bahan baku dari impor.
Ia mencontohkan industri yang paling mudah untuk dijadikan prioritas agar semakin kuat adalah industri hilirisasi dengan bahan baku komoditas yang dimiliki, seperti sawit, pertambangan, perikanan serta pariwisata dan budaya.
"Itu yang paling mudah. Menciptakan ekspor dengan nilai tambah sehingga saat rupiah melemah menjadi sangat diuntungkan. Industri tergantung bahan baku impor tidak bisa dapat manfaat penguatan dolar. Itulah penekanan pembangunan industri berbasis bahan baku yang dimiliki akan terasa manfaat nilai tambahnya," tutur Suryo.
Selain industri hilirisasi, ia berpendapat, industri substitusi impor juga perlu dibangun dalam negeri, misalnya industri pertanian.
Ia menyarankan industri pertanian, seperti jagung dan gula didorong sehingga dapat mengurangi pembelanjaan devisa dengan mengurangi impor dan menggantinya dengan produk produksi dalam negeri.
Selanjutnya, ujar dia, industri pendukung seperti tekstil dan otomotif juga perlu didorong, misalnya dengan insentif untuk menarik investasi di bidag tersebut.
"Menghadapi situasi ekonomi yang melemah dan sulit, jangan lupa mensyukuri Indonesia memiliki banyak potensi yang belum dikembangkan secara arif," kata Suryo.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015