"Kami mengapresiasi hasil itu, karena itu kami memberi penghargaan ekstrakurikuler dengan pemotongan Uang Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan selama satu semester," kata Rektor UK Petra Surabaya, Prof Dr Eng Ir Rolly Intan, di kampus setempat, Rabu.
Selain pemotongan SPP selama satu semester, ia juga memberikan dukungan penuh kepada mahasiswa yang terpilih untuk mewakili Indonesia dalam ajang internasional mahasiswa tersebut.
Hal itulah yang telah diberikan kepada Vincentius Bobby Hartono yang mengikuti Spikes Asia Festival, yang merupakan festival iklan internasional yang berkedudukan di Singapura.
Sementara itu, Bobby yang juga mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra itu mengatakan pihaknya telah menerima penghargaan itu di Singapura, 11 September 2015.
"Saya sangat bersyukur atas kemenangan ini, meski hadiah yang saya dapatkan memang tidak berupa uang, hanya medali, akomodasi dan mengikuti seminar, tetapi saya mendapatkan banyak koneksi untuk kepentingan masa depan saya," katanya.
Dalam ajang yang diikuti mahasiswa dari seluruh Asia Pasifik itu, panitia menantang peserta untuk menghasilkan sebuah print-ad (poster iklan) yang mampu mengajak orang untuk berdonasi sekaligus menjadi relawan di Mercy, LSM di Malaysia.
"Saya berpikir keras tentang tema itu, sedangkan pengerjaannya hanya sekitar 3-4 minggu. Saya menggunakan tokoh Hitller yang tersenyum saat mengunjungi orang yang sedang berada di Rumah sakit," katanya.
Ia memberi tagline untuk karyanya berupa Even a Brutal Tyrant Looks Joyful when he does Something Kind. Artinya, orang sekejam Hittler-pun bisa berbuat kebaikan dan tampak bahagia dari senyuman di bibirnya.
Usaha Bobby tak sia-sia, karena karya yang dikirimkan melalui daring/online itu mengalahkan enam finalis dari New Zealand, Singapura dan India. Lain halnya dengan mahasiswa UK Petra yang bernama Jesslyn Bahtiar.
Ia merancang Parkour Dance untuk memadukan kawasan tua di Jalan Tunjungan dengan kawasan modern Tunjungan Plaza.
"Saya tidak menyangka karya saya terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Asian Architectural Rookies Award 2015 di Vietnam, 23-24 Oktober," kata mahasiswi Program Studi Arsitektur UK Petra itu.
Setelah mengalahkan 10 mahasiswa se-Indonesia, Jesslyn Bahtiar akhirnya terpilih mewakili Indonesia untuk berlaga dalam ajang "Asian Architectural Rookies Award 2015" yang diikuti mahasiswa se-Asia pada 23-24 Oktober 2015.
"Saya benar-benar tak menyangka, karena persiapannya sangat terbatas saat saya masih mengikuti Summer School di Korea," kata mahasiswi yang akan menjadi wakil Indonesia di Vietnam bersama mahasiswa ITS itu.
Tentang karya rancangannya yang dinamai Parkour Dance Community Center itu, ia menjelaskan rancangan yang diikutsertakan dalam lomba untuk mahasiswa Arsitektur se-Indonesia di UI Jakarta itu merupakan karya tugas saat semester 6 di UK Petra.
"Saya melakukan survei terlebih dulu ke kawasan Jalan Tunjungan, lalu timbul gagasan merancang fasilitas publik yang bisa menghidupkan situs lama antara kawasan tua (Jalan Tunjungan) dengan kawasan modern (Tunjungan Plaza)," katanya.
Menurut dia, Parkour Dance adalah Street Dance yang gerakannya tidak terbatas yang menggambarkan dua wajah sama seperti keinginannya untuk membuat hidup dua daerah tersebut.
Dalam Parkour Dance Community Dance itu ada fasilitas lobby, reseptionis, toko seni, interaktif wall dan Roof Garden, namun juga ada kibaran bendera merah putih di Hotel Majapahit.
"Saya tidak menyangka karya saya terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Asian Architectural Rookies Award 2015 di Vietnam, 23-24 Oktober," kata mahasiswi Program Studi Arsitektur UK Petra itu.
Setelah mengalahkan 10 mahasiswa se-Indonesia, Jesslyn Bahtiar akhirnya terpilih mewakili Indonesia untuk berlaga dalam ajang "Asian Architectural Rookies Award 2015" yang diikuti mahasiswa se-Asia pada 23-24 Oktober 2015.
"Saya benar-benar tak menyangka, karena persiapannya sangat terbatas saat saya masih mengikuti Summer School di Korea," kata mahasiswi yang akan menjadi wakil Indonesia di Vietnam bersama mahasiswa ITS itu.
Tentang karya rancangannya yang dinamai Parkour Dance Community Center itu, ia menjelaskan rancangan yang diikutsertakan dalam lomba untuk mahasiswa Arsitektur se-Indonesia di UI Jakarta itu merupakan karya tugas saat semester 6 di UK Petra.
"Saya melakukan survei terlebih dulu ke kawasan Jalan Tunjungan, lalu timbul gagasan merancang fasilitas publik yang bisa menghidupkan situs lama antara kawasan tua (Jalan Tunjungan) dengan kawasan modern (Tunjungan Plaza)," katanya.
Menurut dia, Parkour Dance adalah Street Dance yang gerakannya tidak terbatas yang menggambarkan dua wajah sama seperti keinginannya untuk membuat hidup dua daerah tersebut.
Dalam Parkour Dance Community Dance itu ada fasilitas lobby, reseptionis, toko seni, interaktif wall dan Roof Garden, namun juga ada kibaran bendera merah putih di Hotel Majapahit.
Pewarta: Edi M Ya'kub
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015