Pekanbaru (ANTARA News) - Sebanyak 64 jadwal penerbangan di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Selasa batal akibat kabut asap pekat yang menyelimuti bandara tersebut.
"Update terakhir hingga pukul 20.30 WIB, 64 jadwal penerbangan dipastikan batal," kata Airport Duty Manager Ibnu Hasan kepada Antara di Pekanbaru.
Ia menjelaskan saat ini hanya tinggal dua penerbangan terakhir yang statusnya tertunda yakni Lion Air dan Batik Air rute Jakarta-Pekanbaru dengan kode penerbangan JT 392 dan ID 7067 pada pukul 21.00 WIB.
Sementara itu, sesuai jadwal pada hari ini terdapat 70 jadwal penerbangan. Namun, dari seluruh jadwal penerbangan tersebut hanya empat jadwal penerbangan yang berhasil mendarat dan terbang yakni Silk Air dari Singapura pukul 13.15 WIB dan Citilink dari Batam 15.00 WIB.
Ia menjelaskan kedua pesawat itu berhasil mendarat karena jarak pandang berkisar 1.400 meter.
Namun jarak pandang kembali memburuk menjelang pukul 16.00 WIB yang hanya berkisar 800 meter.
"Kabut asap terus menebal dan menyebabkan jarak pandang terus menurun. Pukul 21.00 WIB ini jarak pandang berkisar 700 meter," ujarnya.
Untuk itu ia memprediksikan dua penerbangan terakhir dari Jakarta tersebut turut batal lantaran jarak pandang yang tidak kunjung membaik.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan sebagian daerah di Provinsi Riau pada Selasa diselimuti asap pekat dengan jarak pandang berkisar 400 meter hingga 1.000 meter.
Berdasarkan data BMKG yang diterima Antara di Pekanbaru pada pukul 16.00 WIB kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan terparah terpantau di Pelalawan yang menyebabkan jarak pandang berkisar 400 meter.
"Selanjutnya di Rengat dan Pekanbaru jarak pandang berkisar antara 700 hingga 800 meter," kata Kepala BMKG Pekanbaru Sugarin.
Sementara itu di Kota Dumai jarak pandang terpantau sejauh 1.000 meter. Selain ke empat daerah tersebut, sejumlah wilayah lainnya dikabarkan turut diselimuti asap pekat seperti Bengkalis dan Siak.
Pewarta: Fazar Muhardi & Anggi Romadhoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015