Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih terpengaruh oleh data inflasi inti Amerika Serikat yang naik.
Kondisi itu mendorong dolar AS kembali bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah.
"Kondisi perekonomian domestik yang relatif masih positif sedikit tertutupi oleh sentimen dari eksternal sehingga rupiah mengalami tekanan," katanya.
Kondisi data ekonomi Amerika Serikat yang membaik, menurut dia, membuat pelaku pasar uang berpotensi melepas aset rupiah dan kembali beralih ke dolar AS, apalagi laju penguatan rupiah pada beberapa waktu terakhir telah cukup signifikan sehingga lajunya mulai cenderung berkurang.
Kendati demikian, lanjut dia, masih tingginya harapan pelaku pasar terhadap realisasi kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia serta pemerintah, ditambah harapan dari penguatan harga komoditas dunia dapat menahan tekanan rupiah lebih dalam.
Sementara itu Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa perekonomian Tiongkok yang mulai berekspansi pada kuartal ketiga diharapkan dapat berdampak ke perekonomian negara di kawasan Asia.
Ia menyampaikan produk domestik bruto Tiongkok tumbuh sebesar 6,9 persen pada kuartal ketiga. Namun, itu masih berada di laju kuartalan paling lambat sejak peridoe tiga bulan 2009, berdasarkan data yang dikeluarkan sebelumnya.
Ariston Tjendra mengatakan bahwa nilai tukar rupiah berpotensi mengalami penguatan kembali menyusul adanya harapan positif dari paket-paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan.
"Melalui paket kebijakan itu diharapkan perekonomian Indonesia tumbuh lebih baik ke depannya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015