"Hadratussyeikh KH Hasyim Asy'ari dan para ulama telah menetapkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang intinya adalah fatwa tentang membela Tanah Air," katanya dalam pelepasan Kirab Hari Santri Nasional (KHSN) dari pelataran Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu.
Dalam acara yang diawali dengan jalan sehat seribu santri bertajuk Sarung Fun Run, dari Kantor PC NU Jalan Bubutan ke Tugu Pahlawan itu, ia menjelaskan fatwa KH Hasyim Asy'ari dkk adalah membela Tanah Air merupakan jihad fi-sabilillah yang hukumnya fardhu ain (kewajiban individual).
"Jadi, kalau ada yang nggak setuju dengan Hari Santri itu ya biar saja, gak patheken, karena santri dalam konteks Hari Santri adalah jiwa patriot. Buktinya ada 12 ormas yang mendukung Hari Santri, bukan hanya NU," katanya.
Selain itu, Hari Santri bukan berasal dari gagasan kalangan NU, melainkan murni dari gagasan Presiden Joko Widodo saat kampanye Pilpres 2014 di Malang bahwa dirinya akan menetapkan Hari Santri pada 1 Muharram jika dipercaya menjadi Presiden.
"Setelah terpilih, Presiden Jokowi mengulangi gagasannya itu pada saat menghadiri Munas NU, namun saya katakan bahwa Hari Santri itu sebaiknya bukan 1 Muharram, karena 1 Muharram adalah Tahun Baru Islam milik Muslim se-dunia," katanya.
Akhirnya, PB NU mengusulkan Hari Santri ditetapkan pada 22 Oktober terkait fatwa bela negara dalam Resolusi Jihad, kemudian presiden meminta menteri agama membahas bersama PB NU.
"Akhirnya, kami mengadakan seminar hingga diputuskan tanggal 22 Oktober itu," katanya dalam acara yang juga dihadiri Wakil Ketua Umum PB NU, Slamet Effendy Yusuf, dan Sekjen PB NU, H Helmy Faishal Zain.
Senada dengan itu, Ketua PW NU Jawa Timur, KH Mutawakkil Alallah, mengucapkan terima kasih kepada Jokowi, DPR, dan sejumlah ormas keagamaan-kemasyarakatan yang mendukung Hari Santri Nasional.
"Ruh dari Hari Santri adalah fatwa ulama tentang Resolusi Jihad yang melahirkan spirit heroisme. Jadi, ruh dari Hari Santri adalah cinta Tanah Air. Islam sendiri mengajarkan cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman," katanya.
Namun, cinta Tanah Air untuk saat ini bukan membela negara melawan penjajah bersenjata, melainkan penjajah kebodohan melalui pendidikan, penjajah kemiskinan melalui ekonomi atau UMKM, dan penjajah ideologi melalui penyadaran terhadap radikalisme, komunisme, terorisme, dan atheisme.
Pewarta: Edi M Ya'kub
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015