Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan katering ANA di Arab Saudi dinilai gagal melaksanakan tugas mereka melayani makanan kepada hampir 190.000 jemaah haji Indonesia selama berada di Arafah, Mina dan Muzdalifah pada 2006, karena ternyata sama sekali tidak berpengalaman melayani haji."ANA memang gagal," kata Ketua Tim Evaluasi dan Investigasi Kasus Katering Haji 2006, Tolchah Hasan, kepada pers usai melaporkan tugas mereka kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Kamis.Presiden Yudhoyono membentuk tim tersebut lantaran sebagian besar jemaah haji Indonesia tidak mendapat makan, terutam saat berada di Arafah guna melaksanakan wukuf di Muzdalifah, serta Mina guna melaksanakan jumroh.ANA selama ini tercatat sebagai salah satu kelompok perusahaan besar di Arab Saudi, dan manajemennya milik keluarga kerajaan negeri itu."ANA memang besar, tapi belum punya pengalaman," kata Tolchah.Ia menyebutkan, kelompok usaha ini mempunyai bermacam-macam kegiatan bisnis, seperti pabrik makanan ternak, dan selama ini ANA hanya mempunyai pengalaman memasok makanan bagi para prajurit dalam perang di Timur Tengah, seperti perang Irak.Mantan Menteri Agama RI itu mengatakan, sekalipun ANA telah gagal, namun tidak semua jemaah haji Indonesia tidak mendapatkan makanan."Yang gagal adalah ANA, namun tidak semua haji Indonesia kelaparan," katanya.Ketika ditanya wartawan, siapakah yang paling bersalah dalam kasus kelaparan ini, sambil tersenyum Tolchah berkata, "Biarlah Presiden menentukan siapa yang paling bersalah. Kami tidak memberikan usulan sanksi."Sementara itu, pihak ANA berpendapat bahwa kegagalannya menyediakan makanan bagi jemaah haji Indonesia, antara lain lantaran mereka disabotase oleh sejumlah orang yang selama ini ditunjuk Pemerintah RI melalui Departemen Agama untuk menyediakan makanan bagi jemaah haji Indonesia, yakni Muasasah.Usai menerima laporan tersebut, Tolchah Hasan menambahkan, Presiden Yudhoyono meminta anggota timnya datang sekira satu minggu lagi, karena laporan mereka akan dipelajari dahulu secara mendalam sebelum mengambil keputusan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007