Saya bangga dengan teman-teman."

Frankfurt (ANTARA News) - Penyair dan sastrawan Indonesia Taufik Ismail menyatakan kegembiraannya bisa berpartisipasi tampil membacakan puisi di Paviliun Indonesia dalam ajang Frankfurt Book Fair (Frankfurt Buchmesse) 2015.

"Saya senang bisa tampil dan membacakan puisi saya dalam acara pameran buku Frankfurt Book Fair di mana Indonesia menjadi tamu kehormatan (guest of honour)," ujar Taufik yang ditemui di sela-sela kegiatan pameran buku terbesar sedunia di Frankfurt, Jumat waktu setempat (Sabtu WIB).

Selain Taufik Ismail, sastrawan Indonesia lainnya yang tampil membacakan karyanya adalah Sapardi Djoko Damono yang mendapat sambutan dari pengunjung Paviliun Indonesia.

Kehadiran Taufik Ismail bersama sang istri yang selalu menemani dalam rangka ikut meramaikan Paviliun Indonesia yang diisi dengan berbagai kegiatan berkesenian dan juga penampilan kelompok musik asal Aceh Kande.

Taufik, yang mengategorikan dirinya sebagai penyair Angkatan 1966 itu pernah menulis buku kumpulan puisi berjudul "Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia".

Namun, sebagai tamu kehormatan dalam Festival Buku Internasional itu, ia menyatakan, "Kita harus bangga."

Penyair yang puisinya sering dilagukan kelompok musik Bimbo tersebut mengemukakan, tidak mudah menerima tanggung jawab sebagai tamu kehormatan mengelola Paviliun Indonesia yang diserahkan kepada seniman Indonesia, seperti Slamet Rahardjo dan Goenawan Mohamad.

Hal itu merupakan kerja keras dari para pekerja seni Indonesia. "Saya bangga dengan teman-teman," ujarnya.

Taufik Ismail karyanya sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, seperti pada tahun 2013 dan 2015, sejumlah puisinya diterjemahkan ke Bahasa Bosnia oleh Prof. Ferid Muhic dan Edin Hadzalic dengan judul "Prah na Zrnu Praha".

Tahun 2015 karya Taufik diterjemahkan ke Bahasa Prancis oleh Prof. Etienne Naveau dengan judul "Cendres sur Cendres", dan terjemahan ke Bahasa Belanda oleh Prof. E. P. Wieringa dengan judul "Stof op Stof" dikerjakan juga pada 2015.

Selain itu, karya sastranya diterjemahkan ke Bahasa Arab oleh Prof. Nabilah Lubis dengan judul "Turab Fauqat Turab" dilakukan pada 2013.

Sejumlah puisinya diterjemahkan pula ke Bahasa Farsi oleh Prof. Vahed Semnani dan Bastian Zulyeno, Ph.D. dengan judul "Khak rouy-e Khak".

Terjemahan ke Bahasa Jerman diberi judul "Staub auf Staub" dikerjakan Prof. E. P. Wieringa dan Carsten U. Beermann juga pada 2015. Tahun 2013 pernah juga diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Prof. Amin Sweeney dengan judul "Dust on Dust".

Satu buah puisi Taufik Ismail yang berjudul "Dengan Puisi, Aku" diterjemahkan ke 80 bahasa asing pada 2015 dengan diberi pengantar oleh Prof. Victor A. Pogadaev.

Pewarta: Zita Meirina dan Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015