London (ANTARA News) - Delegasi Pemerintah Inggris dan Indonesia yang mengadakan pertemuan forum kemitraan di Lancaster House London menghasilkan komunike bersama yang antara lain menyatakan pentingnya upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih, terutama pemberantasan korupsi. Pertemuan yang dipimpin Menteri Luar Negeri Inggris, Margaret Beckett, dan Menteri Luar Negeri RI, Nur Hassan Wirajuda, itu berlangsung dalam suasana yang bersahabat, demikian laporan wartawati ANTARA dari London, Kamis pagi. Para menteri kedua negara menyadari perlunya peningkatan kerja sama di bidang hukum, seperti kerjasama ekstradisi bagi mereka yang dicurigai terlibat dalam tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Dalam pertemuan tersebut, Menlu Beckett didampingi Menteri Pembangunan Gareth Thomas, Menteri Negara Urusan Angkatan Bersenjata Adam Ingram, dan Menteri Urusan Biodiversitas Barry Gardiner. Sementara itu, Menlu Hassan didampingi Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, dan Menteri Pertahanan Dr. Juwono Sudarsono. Pertemuan "UK-Indonesia Partnership Forum" itu merupakan yang pertama kali diadakan sebagai tindak lanjut dari pertemuan Perdana Menteri Tony Blair dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta tahun lalu. Pertemuan itu bertujuan mendorong dialog strategis kedua negara tentang isu-isu bilateral, multilateral, dan global, serta meningkatkan kerjasama bilateral. Para menteri juga menekankan pentingnya upaya pengembalian asset yang berasal dari kegiatan kriminal. Selain itu, mereka juga sepakat untuk memulai prosedur agar Indonesia dapat dimasukkan ke dalam daftar seperti yang tertera dalam "2002 Proceeds of Crime Act". Delegasi Inggris, dalam pertemuan itu, juga menyambut baik terselenggaranya "Conference of State Parties to the UN Convention Against Corruption" di Bali Desember 2007 mendatang. Dalam pertemuan kedua delegasi itu, Pemerintah Inggris memberikan ucapan selamat atas terpilihnya Indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2007-2008 Sementara itu, secara bersamaan dilangsungkan pula pertemuan pertama Indonesia-UK Islamic Advisory Group (Kelompok Penasehat Islam Indonesia-Inggris). Dalam pertemuan yang berlangsung selama tiga hari sejak 29 Januari lalu itu, delegasi Indonesia diketuai oleh Azyumardi Azra. Pembentukan Indonesia-United Kingdom Islamic Advisory Group (IAG) merupakan tindak lajut dari kunjungan PM Blair ke Jakarta tahun lalu. Pada pertemuan IAG itu, kedua delegasi berupaya merumuskan rekomendasi kepada kedua pemerintah guna mencapai tiga tujuan bersama, yakni mencegah ekstrimisme keagamaan, mempromosikan Islam sebagai agama damai, welas asih dan toleran, serta mempromosikan saling pengertian antara Islam dan Barat. Pada hari terakhir pertemuan IAG itu, telah pula diserahkan "rekomendasi-rekomendasi awal" kepada para menteri luar negeri kedua negara untuk dapat ditindaklanjuti secara kongkrit. Rekomendasi-rekomendasi awal itu antara lain mengusulkan perlunya dilakukan pertukaran imam dan ilmuan keagamaan kedua negara, penterjemahan bahan literatur Indonesia ke bahasa Inggris yang berhubungan dengan masalah keagamaan dan demokrasi, program "twinning" (ganda) antar sekolah-sekolah agama, pertukaran pemuda, dan promosi kegiatan antar agama di tingkat "akar rumput". Kedua delegasi menyepakati bahwa IAG akan bertemu setiap enam bulan sekali dengan tempat pertemuan bergantian. Rekomendasi final IAG sendiri akan diserahkan kepada kedua pemerintah pada saat delegasi IAG Inggris mengadakan kunjungan ke Indonesia. (*)
Copyright © ANTARA 2007