Yogyakarta (ANTARA News) - Gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) yang melanda Sukabumi, Jawa Barat, dan sekitarnya pada Kamis sekitar pukul 03.31 WIB, kemungkinan besar terkait dengan pergerakan Palung Sunda. "Jalur Sesar Sumatera tidak hanya terbentuk di daratan, tetapi berlanjut hingga perairan Selat Sunda," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Tyar Prasetyo, Kamis. Ia menyebutkan ujung patahan dari jalur Sesar Sumatera itu berada di selatan Selat Sunda berjarak sekitar 50 km dari Teluk Semangko di ujung Sumatera, atau sekitar 200 km selatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Dengan kedalaman pusat gempa sekitar 59 km di laut, menurut dia, gempa Kamis pagi itu termasuk dangkal, karena kedalaman pusat gempa terbagi dalam tiga tingkatan yaitu 0-60 km dangkal, 60-300 km menengah, dan 300 km ke atas tergolong dalam. Menurut dia, suatu gempa membahayakan atau tidak tergantung pada tiga faktor, yaitu tingkat kekuatan gempa, kedalaman pusat gempa, dan posisinya. "Yang pasti dari pengalaman selama ini jika gempa di laut dengan kekuatan minimal 6,5 Skala Richter pasti berpotensi menimbulkan tsunami," katanya. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Jakarta mencatat gempa Kamis (1/2) pukul 03.31 WIB tersebut berpusat di laut sekitar 147 km tenggara Sukabumi pada posisi 8.24 Lintang Selatan dan 107.08 Bujur Timur, dengan kedalaman sekitar 59 km. Gempa dirasakan di kawasan Pangandaran dengan kekuatan 2-3 MMI (Modified Mercally Intensity), di Cianjur dengan kekuatan 1-2 MMI, dan di Cilacap (Jateng) sekitar 1-2 MMI. Sementara itu, berdasarkan informasi yang diterima ANTARA, sejumlah orang yang tinggal di Sukabumi, Bogor dan Pangandaran mengaku merasakan getaran gempa, namun tidak terlalu besar, sehingga tidak sampai menimbulkan kerusakan. Di Jakarta, getaran gempa dirasakan oleh sejumlah orang yang berada di gedung-gedung tinggi. Sekitar tiga jam setelah terjadi gempa, BMG belum menerima informasi mengenai kerusakan maupun korban jiwa manusia akibat gempa itu. (*)

Copyright © ANTARA 2007