Beirut (ANTARA News) - Lebih dari seperempat juta orang tewas dalam perang sipil brutal yang terjadi di Suriah sejak dimulai pada empat tahun lalu, demikian lembaga pemantau Syrian Observatory for Human Right (SOHR) pada Jumat.
Dalam catatan SOHR, jumlah orang yang tewas telah mencapai 250.124 orang. Di antara jumlah tersebut, sebanyak 74.426 adalah warga sipil.
Korban dari warga sipil tersebut terbagi menjadi 12.517 anak-anak, 8.062 perempuan, sementara sisanya pria dewasa.
Catatan terbaru dari SOHR--yang berkantor di Inggris dan mengandalkan jaringan relawan di lapangan untuk pencatatan korban--tersebut menunjukkan kenaikan lebih dari 10.000 jumlah kematian sejak Agustus lalu.
Dalam domumentasi terbaru tersebut, jumlah kematian dari pihak gerilyawan adalah 43.752 orang sementara kematian dari warga asing yang bergabung dengan kelompok garis keras adalah 37.010.
Sementara itu, setidaknya 91.678 anggota pasukan pro-pemerintah -- yang terdiri dari militer resmi rezim Presiden Bashar al Assad dan aliansi pejuang Suriah maupun non-Suriah -- juga telah terbunuh.
Selain didukung oleh milisi lokal pro-pemerintah, tentara Suriah juga mendapat bantuan dari gerilyawan asing yang datang dari Iran, Irak, Afghanistan, serta milisi Hizbullah asal Lebanon.
Mengenai jumlah kematian dari pihak Hizbullah, lembaga pemantau SOHR mencatat ada setidaknya 971 anggota kelompok tersebut yang tewas.
SOHR juga mendokumentasikan 3.258 korban meninggal yang tidak dapat diketahui identitasnya.
Jumlah keseluruhan korban meninggal tersebut belum memperhitungkan 30.000 orang yang belum diketahui nasibnya, termasuk 20.000 orang yang saat ini berada dalam penjara pemerintah Suriah.
Selain itu, nasib ribuan anggota pasukan loyalis pemerintah yang ditawan oleh gerilyawan maupun ISIS juga belum dapat dipastikan keselamatannya.
Konflik bersaudara di Suriah dimulai saat rezim setempat melakukan cara-cara kekerasan untuk menghentikan demonstrasi damai anti-pemerintah pada Maret 2011 sehingga berubah menjadi konflik multi dimensi.
Akibat dari konflik tersebut, setidaknya empat juga warga telah melarikan diri keluar negeri sementara jutaan lainnya mengungsi di dalam negeri, demikian AFP melaporkan.
(G005)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015