Jakarta (ANTARA News) - Stres karena menghadapi permasalahan sehari-hari, misalnya pekerjaan, dapat mengganggu produksi ASI ibu yang sedang menyusui.
"Perlu cara untuk mengelola stresnya," kata pakar hypnobreastfeeding, hipnoterapi menyusui, dari Pro V Clinic (Holistic Health Care) Fonda Kuswandi saat dijumpai di seminar Mother & Baby Fair 2015 di Jakarta, Jumat.
Ada kalanya seorang ibu yang mengalami masalah dalam memberikan ASI memiliki pikiran yang negatif, misalnya tidak mampu menyusui, sehingga secara tidak sadar akan tertanam di sistem kepercayaan, believe system, dan sukar dihilangkan.
Seorang ibu perlu menyiapkan fisik, pikiran dan jiwanya ketika menyusui. Persiapan fisik misalnya mengonsumsi makanan yang bergizi dan manajemen menyusui.
Ibu juga perlu pikiran tenang sebagai persiapan menyusui dan yang terpenting adalah persiapan jiwa.
"Harus niat menyusui," kata Fonda.
Bila niat menyusui tidak begitu besar, Fonda berpendapat Ibu akan mudah menyerah ketika menemui kendala saat memberi ASI pada anaknya.
Hipnoterapi menyusui menggunakan energi bawah sadar untuk mengoptimalkan ASI agar ibu dapat menghasilkan asi yg mencukupi untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Fonda mengatakan fungsi pikiran bawah sadar sangat besar, mencapai 82 persen terhadap fungsi diri dan merupakan kompetensi lunak dalam diri seseorang.
Dalam hipnoterapi, ibu dipicu untuk berpikir positif melalui serangkaian latihan sehinga dapat mengubah cara berpikir, misalnya yang tadinya merasa jumlah ASI tidak mencukupi menjadi lebih optimistis.
Latihan ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri sehingga merasa lebih baik dalam berperan sebagai ibu.
Psikolog yang juga konsultan ASI, mengingatkan istri yang sedang menyusui memerlukan dukungan dari suami, misalnya setelah memerah ASI, suami dapat membantu membersihkan peralatan agar ia dapat segera beristirahat.
Ketika memberi dukungan, suami juga sebaiknya berhati-hati dalam memberikan komentar meski pun bertujuan untuk memberi semangat.
Misalnya, saat ASI yang baru diperah tumpah, hindari berkomentar "tidak apa-apa, nanti pompa lagi" karena, menurut Fonda, laki-laki tidak memahami bagaimana rasanya memerah ASI.
Ia menyarankan untuk menenangkan dengan cara lain, misalnya memeluk.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015