Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat sebesar 102 poin menjadi Rp13.520 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.418 per dolar AS.
"Kenaikan inflasi inti Amerika Serikat bulan September menjadi 1,9 persen year on year membangkitkan sentimen dolar AS sehinggga bergerak menguat," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan bahwa Survei Manufaktur Empire State Oktober 2015 yang diumumkan membaik juga menjadi salah satu faktor yang mendukung kembalinya sentimen penguatan dolar AS.
Kendati demikian, lanjut dia, diluncurkannya paket kebijakan ekonomi jilid IV serta optimisme pernyataan Bank Indonesia bahwa deflasi masih akan terus berlanjut pada Oktober 2015 dan adanya ruang menurunkan suku bunga acuan (BI rate), serta produk domestik bruto pada kuartal ketiga 2015 diprediksi naik ke 4,9 persen secara "year on year" diharapkan masih dapat menjaga sentimen positif di dalam negeri.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa laju inflasi inti Amerika Serikat yang naik kembali menghidupkan spekulasi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini sehingga nilai tukar rupiah di negara-negara berkembang kembali terdepresiasi terhadap dolar AS, termasuk rupiah.
"Data yang keluar menunjukan kenaikan sebesar 0,2 persen pada indeks inflasi inti AS bulan September, level tersebut mendorong untuk kenaikan pada tingkat tahunan menjadi 1,9 persen dan mendorong inflasi mendekati target Federal Reserve sebesar 2 persen," paparnya.
Data inflasi yang optimis, lanjut dia, memberikan dukungan bagi dolar AS untuk kembali menguat yang sebelumnya telah tertekan oleh data ekonomi Amerika Serikat akhir-akhir ini, prospek kenaikan suku bunga Fed pada tahun ini juga kembali terbuka.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015