Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun 2005 dan 2006 telah mulai mendekati angka pertumbuhan sebelum krisis, yaitu sekitar 5,6 persen per tahun. "Kita berusaha keras agar tahun 2007 ini, dan tahun-tahun mendatang, pertumbuhan kita bisa mencapai 6 persen atau lebih," kata Presiden saat pidato awal tahun 2007 di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa. Presiden mengatakan, sesungguhnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2005 dan 2006 dapat lebih tinggi jika tidak ada goncangan eksternal, dan tidak ada faktor-faktor penghambat yang lain. Kepala Negara menjelaskan, tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan dan disumbangkan oleh faktor konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, investasi, dan perdagangan luar negeri bersih yaitu ekspor setelah dikurangi impor. Konsumsi masyarakat yang merupakan faktor terbesar dalam pembentukan produksi nasional, mengalami tekanan tidak ringan dalam 2 tahun terakhir. Faktor kenaikan harga sebagai akibat naiknya harga BBM yang tidak terelakkan telah mengurangi daya beli masyarakat. Dalam keadaan daya beli masyarakat yang masih lemah, sudah barang tentu masyarakat akan banyak menahan diri, dan hanya membeli barang atau jasa yang sangat dibutuhkan. Konsumsi masyarakat yang relatif rendah ini tentu kurang mendorong angka pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran dan belanja pemerintah sesungguhnya memberikan sumbangan yang cukup terhadap pertumbuhan ekonomi, meskipun, terus terang, di sana-sini ada keterlambatan dalam pembelanjaan pengeluaran pemerintah ini, kata Yudhoyono. Andaikata pembelanjaan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, dapat dilakukan tepat waktu dan tepat jumlah, sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih besar lagi. Ia mengatkan, sumbangan peningkatan nilai ekspor cukup baik dalam 2 tahun terakhir, yaitu sebesar 18,5 persen. Kinerja ekspor tahun 2006 cukup menggembirakan, dengan telah dicapainya total nilai ekspor diatas 100 miliar dolar AS. (*)
Copyright © ANTARA 2007