"Pola permainan kami sudah mempengaruhi permainan lawan pada game pertama. Saat mereka mampu mengejar dengan permainan cepat, kami justru yang ikut bermain terburu-buru dan pola permainan itu menjadi bumerang bagi kami," kata Nitya selepas pertandingan di Odense, Denmark, Rabu waktu setempat, seperti dikutip Tim Humas dan Media Sosial Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dalam situs resmi mereka.
Greysia/Nitya yang merupakan pemain unggulan enam kalah 13-21, 14-21 dalam pertandingan selama 45 menit dari ganda Korea Selatan Chang/Lee itu.
Kekalahan itu menyeimbangkan rekor pertemuan Greysia/Nitya dengan Chang/Lee menjadi 1-1. Pada pertemuan sebelumnya dalam Korea Terbuka 2015, ganda putri Indonesia itu mengalahkan Chang/Lee 21-15, 21-18.
"Permainan mereka sangat matang. Sedangkan kami ingin cepat menang dan tidak sabar. Tapi, itu justru menjadi bumerang bagi kami seperti disebut Nitya. Serangan-serangan lawan dalam turnamen ini berbeda saat kami bertemu di Korea," kata Greysia.
Pelatih ganda putri PBSI Eng Hian mengatakan penampilan Greysia/Nitya pada turnamen tingkat superseries premier itu tidak menggembirakan karena pola pikir anak asuhnya masih sering terpengaruh lawan.
"Saat strategi yang mereka jalankan tidak berhasil, saya mengarahkan agar mereka tidak panik. Tapi, mereka justru bermain dengan panik. Pola pikir mereka harus dibentuk lagi," kata Eng Hian mengevaluasi penampilan atletnya.
Eng Hian menambahkan Greysia/Nitya perlu mengendalikan emosi karena lawan juga telah mengevaluasi penampilan mereka yang berbeda dibanding penampilan pada Korea Terbuka 2015.
Meskipun kalah di Denmark, Greysia/Nitya akan kembali berlaga pada turnamen tingkat super series Prancis Terbuka 2015.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015