... padahal sebelumnya hujan...

Sampit, Kalimantan Tengah (ANTARA News) - Asap pekat kembali menyelimuti Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sehingga membuat jarak pandang terbatas, bahkan terparah hanya sekitar sepuluh meter.

"Asap hari ini kembali menebal, padahal sebelumnya hujan. Tadi malam itu sekitar jam 22.00 WIB sudah mulai terasa asapnya, makanya saya langsung meminta kepala Dinas Kesehatan menyiagakan jajarannya untuk mengantisipasi peningkatan penderita ISPA (infeksi saluran pernafasan akut)," kata Bupati Kotawaringin Timur, H Supian Hadi, di Sampit, Rabu.

Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, jarak pandang terburuk terjadi pada pukul 05.00 hingga 06.00 WIB, yaitu hanya sekitar 10 meter. Jarak pandang pukul 07.00 hingga 08.00 WIB masih sekitar 20 meter.

Jarak pandang sempat membaik pada pukul 13.00 WIB, yaitu sekitar 1.500 meter. Namun pada sore hari jarak pandang kembali memburuk, hingga pada pukul 16.00 WIB hanya sekitar 600 meter. Cuaca pada sore hari juga terlihat memburuk, langit terlihat menguning akibat tertutup asap.

Akibat pekatnya asap pada pagi dan sore, sebagian masyarakat menggunakan masker agar tidak terhirup asap bercampur debu. Pengendara di darat dan sungai harus berhati-hati dan menyalakan lampu agar tidak bertabrakan dengan kendaraan lain.

Jumlah titik panas terpantau di Kotawaringin Timur pada Rabu pagi sebanyak 19 titik. Yakni tersebar di Kecamatan Cempaga 2 titik, Mentaya Hilir Selatan (1), Mentaya Hulu (9), Pulau Hanaut (1) dan Teluk Sampit (4). Titik panas di kabupaten tetangga juga cukup tinggi, yakni di Katingan 29 titik dan Seruyan 10 titik.

Kepala Seksi Kedaruratan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotim Agus Mulyadi ditemui saat membagikan masker mengatakan, pemadaman kebakaran terus dilakukan tim gabungan. Kotim juga mendapat bantuan pemadaman melalui udara oleh helikopter pembom air.

"Pembom air sudah mulai membantu pemadaman sejak 12 Oktober lalu. Kemarin mereka memadamkan di Kecamatan Seranau dan Teluk Sampit. Mereka berpangkalan di Pangkalan Bun. Kami hanya memberikan titik koordinat kebakaran lahan, lalu mereka membom air ke lokasi itu, kemudian mereka kembali lagi ke Pangkalan Bun," kata Agus.

Masyarakat berharap hujan kembali turun secara rutin sehingga kebakaran lahan dan asap segera berakhir. Kabut asap sudah sangat mengganggu kesehatan dan aktivitas masyarakat di daerah ini.

Pewarta: Norjani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015