Moskow (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Selasa, menyebut penyerangan terhadap kompleks Kedutaan Besar Rusia di Damaskus sebagai teror untuk mengancam pendukung pengeboman Moskow di Suriah.

"Itu jelas teror untuk menakut-nakuti pendukung gerakan melawan terorisme," kata Lavrov, di Moskow, setelah dua roket menghantam gedung Kedutaan Besar Rusia di Damaskus itu.

Tidak ada korban tewas dalam peristiwa itu, yang terjadi ketika sekitar 300 orang menggelar unjuk rasa di dekat kedutaan itu untuk mendukung campur tangan Rusia di Suriah.

Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Rusia dan mengangkat gambar besar Presiden Rusia, Vladimir Putin.

"Kami berharap pelakunya ditemukan dan diambil langkah untuk mencegah hal serupa pada masa depan," kata Lavrov, dan menambahkan bahwa Moskow akan menyelidiki insiden itu bersama pihak berwajib Suriah.

Pada akhir September, Rusia melancarkan pengeboman di negara berkecamuk perang itu atas permintaan sekutunya, Presiden Suriah, Bashar al-Assad, untuk melawan kelompok militan NIIS/ISIS dan "teroris" lain.

Pada Selasa, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan angkatan udaranya telah menghantam 86 target di Suriah dalam 24 jam terakhir, menghancurkan pos-pos komando "teroris", kamp pelatihan dan depo amunisi.

Afiliasi Al-Qaeda di Suriah, Fron Al-Nusra menyerukan kepada kelompok militan dari Kaukasus untuk melancarkan serangan di Rusia sebagai tanggapan atas serangan udara itu.

Lavrov pada Selasa bertemu dengan utusan Suriah untuk PBB Staffan de Mistura di Moskow, untuk pertama kalinya sejak Kremlin melancarkan pengeboman.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015