Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang negara berkembang di Asia pada Selasa, karena data perdagangan Tiongkok menunjukkan kemerosotan impor sehingga mendorong kecemasan tentang pertumbuhan lambat di ekonomi terbesar kawasan itu.
Modus penghindaran risiko, juga dipicu oleh penurunan harga minyak mentah pada Senin, terutama menekan mata uang rupiah Indonesia dan ringgit Malaysia.
Greenback menguat lebih dari satu persen terhadap rupiah.
Dealer juga menjual dolar terhadap yen, yang dipandang sebagai mata uang "safe haven" pada saat terjadi gejolak, karena mereka menghindar dari aset-aset berisiko.
Peralihan ke aset-aset aman menyusul kuartal Juli-September yang panas sekali, yang melihat triliunan dihapus dari valuasi saham dan mata uang negara-negara berkembang berjatuhan.
Pasar global masuk ke krisis pada Agustus setelah Tiongkok mendevaluasi mata uang yuan, memicu kecemasan tentang keadaan ekonomi Tiongkok, sementara para pedagang juga khawatir atas ekspektasi kenaikan suku bunga AS pada tahun ini.
Banyak mata uang negara berkembang melihat beberapa perdagangan yang layak selama pekan lalu, dengan ringit dan rupiah keduanya mencatat kinerja mingguan terbaik mereka tahun ini.
Tetapi data terbaru Tiongkok tampaknya sekali lagi telah memperburuk sentimen.
"Perdagangan Asia telah sangat menjauhi risiko," kata IG Angus Nicholson dalam komentarnya. "Pasar-pasar dan mata uang mulai melemah dari pembukaan karena kegelisahan tentang data Tiongkok."
Angka resmi menunjukkan impor Tiongkok merosot hampir 18 persen
tahun-ke-tahun pada September, menggarisbawahi kekhawatiran tentang ekonomi nomor dua di dunia itu.
Ekspor juga tergelincir 1,1 persen, terpukul oleh melemahnya permintaan di pasar utama untuk barang-barang manufaktur Tiongkok.
Tiongkok adalah pedagang utama atas barang dan berbagai produk manufakturnya dijual di seluruh dunia, sehingga setiap penurunan impor dan ekspor dipandang tidak hanya sebagai barometer pertumbuhannya sendiri tetapi juga keadaan ekonomi global.
Dalam perdagangan sore, rupiah jatuh 1,23 persen, ringgit melemah 0,89 persen, dolar Taiwan kehilangan 0,59 persen, dan baht Thailand menurun 0,49 persen. Dolar Australia yang bergantung sumber daya mundur 0,59 persen.
Di antara unit-unit negara berkembang lainnya, dolar Singapura, peso Filipina dan won Korea Selatan semua mundur.
Dolar turun tipis menjadi 119,82 yen dari 120,02 yen pada Senin sore di New York, sementara euro merosot ke 136,20 yen dari 136,38 yen.
Mata uang tunggal naik menjadi 1,1367 dolar dari 1,1363 dolar di perdagangan AS.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015