"Hama ini sudah menyerang sejak sebulan terakhir dan menyebabkan daun-daun rontok lalu mati," tutur salah seorang petani bunga krisan dan ester di Desa Geger, Bambang Sulis Winarto di Tulungagung, Selasa.
Ia mengatakan, hama tersebut cepat menyebar ke tanaman bunga lainnya. Kendati telah dilakukan berbagai upaya pencegahan mulai dari isolasi ruang persemaian menggunakan kasa dan plastik, hingga langkah penyemprotan, namun menurutnya serangan masih terus terjadi.
Bukannya bisa cepat dibasmi, hama justru menyebar ke tanaman bunga lain sehingga sebagian persemaian petani setempat rusak.
"Daun yang terserang penyakit ini akan muncul bintik-bintik coklat. Sekitar sepuluh hari pascaterserang, daun akan mati," timpal Trisdianto, petani lain.
Bambang dan Trisdianto mengatakan, serangan penyakit atau hama tanaman itu memang belum memicu kematian tanaman secara masif.
Kendati begitu, kata dia, petani resah karena hama karat daun tergolong sulit diberantas.
Penyemprotan obat hama belum membuahkan hasil. Jika hal itu terus dilakukan tak menutup kemungkinan tanaman bunga mati dan petani merugi.
"Disemprot pakai pupuk cair seperti NPK, KCL, dan Urea masih belum mati," ujarnya.
Beberapa petani menduga, penyebab tanaman bunga terserang karat daun karena kabut di lokasi penanaman.
Tebalnya kabut saat pagi hari membuat udara lembab. Akibatnya, daun tanaman bunga diserang karat.
"Mungkin karena kabut di Sendang ini tebal. Semoga ini segera berakhir agar kami tidak merugi," jelas pria yang akrab disapa Wiwik itu.
Hingga saat ini, pengiriman bunga ke luar daerah seperti Kediri, Jombang, Malang, dan Surabaya masih tetap berjalan.
Harga jual bunga dari petani rata-rata Rp 15 ribu per 10 tangkai.
"Pengiriman tetap jalan. Namun imbas penyakit ini membuat mekar bunga tak maksimal," ujar Bambang.
Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015