Saat mentari perlahan muncul di ufuk barat dan burung-burung berkicau menyambut Minggu pagi yang cerah, beberapa pria berkaus loreng memulai aktivitas mereka diiringi suara debur ombak yang menghempas pasir pantai Pulau Ndana, Nusa Tenggara Timur.

Di barak tentara seluas 500 meter persegi yang berdiri di pulau seluas 12 hektare itu, beberapa orang memasak di dapur.

Tak jauh dari dapur, 12 orang sedang memeriksa senjata laras panjang sambil berbincang di depan gudang senjata.

Sementara prajurit lainnya sibuk menyiapkan tempat upacara hari ulang tahun TNI di area seluas satu hektare tempat patung Jenderal Sudirman berdiri di pulau terdepan dan paling selatan Indonesia itu.

"Kesibukan kami setiap pagi memang seperti ini. Kalau yang piket pada hari itu, dia harus bertugas untuk memasak untuk semua kami yang tinggal di sini," kata Komandan Satgas Marinir Pasukan Pengaman Pulau Terluar XVII Kapten Mar. Walchit Hasim.

Pulau Ndana, satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Australia, berada di selatan Pulau Rote, dan secara administrasi masuk dalam wilayah Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao.

Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar XVII Yonif 5 Marinir, Yonif 743/PSY Angkatan Darat, dan Pangkalan Angkatan Laut Pulau Ndana menjaga pulau itu.

Tepat pukul 07.00 Wita pasukan penjaga perbatasan sarapan bersama sebelum melaksanakan tugas rutin.

Usai sarapan, beberapa anggota pasukan berpakaian dinas rapi, lengkap dengan senjata, ransel berisi perbekalan dan radio komunikasi berangkat menuju pos penjagaan.

Bendera Merah Putih yang dipasangkan di salah satu tas milik prajurit TNI yang akan berpatroli mengelilingi Pulau Ndana, menempuh perjalanan 21 kilometer dalam waktu delapan sampai sepuluh jam.

Mereka tak berhenti sekalipun ketika siang datang matahari yang sebelumnya bersahabat mulai terasa menyegat kulit, dan pemandangan di depan mata hanya hamparan padang rumput kering berwarna cokelat.

"Setiap hari sudah tugas dari masing-masing kelompok pada satgas ini untuk berpatroli mengelilingi pulau ini. Ada yang dari darat, ada pula yang berpatroli menggunakan perahu karet untuk mengelilingi perairan pulau ini untuk mencegah nelayan-nelayan yang sengaja merusak ekosistem laut," ujar Walchit.


Rutinitas

Setelah menjalankan tugas rutin patroli dan menjaga keamanan pulau terluar, para prajurit mengisi waktu dengan berbagai kegiatan.

Walchid, yang sudah tiga kali bertugas menjaga pulau terluar di wilayah Indonesia, membagi tugas menanam sayur-mayur, menyuling air, dan memancing ikan kepada anggota satuan tugas.

Di samping itu, mereka juga mengadakan kegiatan keagamaan, shalat berjamaan dan pengajian bagi yang Muslim dan ibadah bersama bagi yang beragama Kristen.

Mereka tidak punya alat transportasi memadai untuk pergi ke Pulau Rote. Mereka hanya punya satu perahu karet dan satu motor roda tiga.

Namun itu tidak menjadi masalah bagi Walchit dan kawan-kawannya.

"Kami adalah anak. Selama ditugaskan oleh Ibu Pertiwi, ke mana saja untuk menjaga kedaulatan dan keamanan NKRI, kami selalu siap," katanya.

Sebagai komandan Satuan Tugas di pulau tersebut, Walchit selalu memotivasi para prajuritnya untuk menjalankan tugas dengan baik dan berterima kasih kepada Tuhan karena bertugas menjaga pulau terluar merupakan suatu kehormatan bagi prajurit.

Pulau Ndana yang berpasir putih sempat dikelola oleh seorang pengusaha dari Australia untuk kegiatan pariwisata beberapa tahun lalu. Namun TNI kemudian menempatkan prajuritnya di pulau tersebut untuk mencegah pencaplokan pulau tersebut.

Australia sudah menguasai Pulau Pasir (Ashmore Reef) yang menjadi tempat peristirahatan para nelayan tradisional Indonesia selepas mencari ikan di Laut Timor dan tempat pemakaman nenek moyang orang Rote.

Kawasan Pulau Pasir yang kaya dengan ikan serta biota laut lainnya itu sudah ditetapkan sebagai cagar alam dan nelayan Indonesia sudah tidak bisa lagi mencari ikan di perairan sekitarnya.

Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur Brigjen Pol Endang Sunjaya, yang mengunjungi pulau itu pada peringatan ulang tahun TNI, mengatakan kepolisian sudah memberikan bantuan untuk para prajurit penjaga perbatasan.

"Mereka sudah berjuang keras untuk menjaga pulau ini dari negara tetangga yang ingin memilikinya," ujarnya.

Oleh Kornelis Kaha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015