Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat mengizinkan operasi angkatan laut Uni Eropa (EU) untuk selama setahun menangkap dan menumpas kapal-kapal yang dioperasikan oleh para penyelundup manusia di perairan laut Libya.
Dewan beranggotakan 15 negara itu mengesahkan resolusi, yang dirancang Inggris, dengan 14 anggota menyatakan setuju sementara satu anggota, yaitu Venezuela, menyatakan abstain.
Resolusi memberikan izin bagi tahap kedua --dari keseluruhan tiga tahap-- misi angkatan laut EU, untuk mendukung upaya membendung aliran migran dan pengungsi ke Eropa, yang telah meningkat menjadi krisis besar dalam bulan-bulan terakhir ini.
Tahap ketiga misi EU itu, yang tidak tercakup di dalam resolusi, akan berupa operasi Eropa di wilayah perairan dan daerah-daerah pantai Libya.
Libya pada awalnya berkeberatan atas rancangan resolusi PBB soal misi tersebut, namun duta besarnya untuk PBB, Ibrahim Dabbashi, pada Selasa menulis kepada Dewan Keamanan untuk mengatakan bahwa kekhawatiran negara itu sudah hilang dan pihaknya setuju dengan rancangan akhir resolusi.
Duta Besar Inggris Matthew Rycroft menyambut baik izin tersebut dan mengatakan "tindakan apapun akan dilakukan secara proporsional dalam menjaga batasan-batasan yang ditentukan oleh resolusi ini dan akan digunakan hanya untuk menindak para penyelundup dan kapal-kapal yang kosong."
Ia mengatakan migran-migran yang diselamatkan akan dibawa ke Eropa.
Namun, ia memperingatkan bahwa misi-misi angkatan laut terhadap para penyelundup itu tidak akan menangani akar permasalahan menyangkut migrasi.
"Tindakan tehadap para penyelundup di laut luas tidak akan menyelesaikan krisis ini sendiri," ujarnya.
"Namun (misi) ini akan menjadi pesan bahwa orang tidak bisa mengambil keuntungan dari perdagangan jahat ini dalam keadaan bebas dari hukuman. (Misi) ini akan menyelamatkan nyawa-nyawa (manusia)."
Operasi hanya akan dilaksanakan di jalur perjalanan migrasi dari Libya dan tidak akan dilakukan di rute-rute yang digunakan orang-orang yang mengungsikan diri dari perang di Suriah dan Irak, dari Turki hingga Yunani dan ke negara-negara Balkan.
Rusia dan anggota-anggota Dewan Keamanan dari Afrika, yaitu Chad, Angola dan Nigeria, sebelumnya bersikap waspada terhadap pemberian izin penggunaan kekuatan. Namun, mereka akhirnya memberikan suara dukungan bagi langkah tersebut.
(Uu.T008)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015