Kairo (ANTARA News) - Kebijakan Pemerintah untuk bebas visa bagi 75 negara sahabat, termasuk Mesir, menjadi topik pembicaraan hangat dalam acara "Business Gathering & Dinner" di Kairo, Jumat malam.
Mantan Menteri Perindustrian Mesir, Ibrahim Fawzy, dalam sambutannya menilai pembebasan visa bagi warga Mesir ke Indonesia merupakan langkah maju yang perlu dimanfaatkan oleh kaum pengusaha.
"Kebijakan pembebasan visa terhadap 75 negara, termasuk Mesir, sangat menguntungkan Mesir dalam upaya melancarkan bisnis, program budaya dan wisata," ujar Fawzy.
Fawzy mengharapkan Mesir ke depan juga hendaknya memberikan bebas visa kepada warga negara Indonesia sehingga dapat memberi banyak devisa bagi Mesir dengan banyaknya kunjungan bisnis, wisata dan investasi ke Mesir.
Sebelumnya, September lalu, pemerintah RI dan Mesir sepakat bebas visa terbatas hanya untuk pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas kedua negara.
Kesepakatan bebas visa diplomatik dan dinas itu tertuang dalam Nota Persepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Menlu RI, Retno LP Marsudi dan Menlu Mesir Shameh Shukri di sela kunjungan Presiden Abdel Fatah Al Sisi ke Jakarta pada 4 September lalu.
Temu bisnis bertajuk "Doing Business With Indonesia" yang digelar KBRI Kairo itu misi utamanya adalah untuk menghimpun pengusaha dan investor Mesir guna menghadiri dua perhelatan akbar bisnid di Indonesia.
Dua perhelatan dimaksud, yaitu "Indonesia-Middle East Update" yang akan digelar di Aceh pada 17-19 Oktober 2015, dan "Trade Expo Indonesia (TEI) 2015" di Jakarta pada 21-25 Oktober 2015.
Tercatat 80 pelaku usaha Mesir telah dikonfirmasi akan menghadiri TEI 2015, kata Atase Perdagangan KBRI Kairo, Atase Perdagangan KBRI Kairo, Burman Rahman.
Produk yang diminati pengusaha Mesir, antara lain minyak kelapa sawit, kopi, ban, sabun, deterjen, peralatan elektrik rumah tangga, kosmetik, parfum, perabot kantor, produk tekstil, suku cadang kendaraan bermotor, tuna kaleng, ikan hias, perabot kayu dan rotan.
Duta Besar RI untuk Mesir, Nurfaizi Suwandi, pada kesempatan itu menyampaikan bahwa antusiasme investor Indonesia di Mesir sangat tinggi.
Nurfaizi mencontohkan, saat ini terdapat tiga bidang investasi penting Indonesia di Mesir senilai 91 juta dolar AS.
Investasi itu terserap dalam usaha patungan Indonesia-Mesir, yaitu pertama, antara Salim Wazaran Abu Alaa (Food/Indomie) dan PT Indofood Sukses Makmur sebesar 40 juta dolar.
Kedua, usaha patungan antara Pyramid Glass (Glassware) dan PT. Kedaung and Baraka Contracting &Trading Est senilai 30 juta dolar, dan ketiga, Indorama Shibeen El Kom (Tekstil) senilai 31 juta dolar.
Dubes menekankan adanya prioritas kebijakan investasi di Indonesia, yang mengedepankan kemudahan, cepat dan transparan.
"Terdapat 22 Kementerian dan lembaga yang terintegrasi dalam pelayanan satu pintu (one stop service) menyangkut BKPM, perizinan di kawasan industri, selesai dalam tiga jam," katanya.
Dubes Nurfaizi juga mengajak pengusaha Mesir untuk berinvestasi di bidang perkebunan kelapa sawit yang memiliki profit yang sangat tinggi.
Menanggapi ajakan Dubes tersebut, Presiden Direktur Baraka Contracting & Trading Est., Mohamed Abdurrahman Baraka, menyampaikan kesiapannya untuk berinvestasi di sektor kelapa sawit seluas 10,000 hektare.
"Investasi kelapa sawit yang diinginkan adalah investasi yang terpadu yaitu tanam, petik, olah dan jual," ujarnya penuh semangat.
Jadi, tidak hanya mengeluarkan kelapa sawit dalam bentuk mentah (Crude Palm Oil/CPO) saja, melainkan juga memproduksi turunan CPO dalam bentuk industry produk olahan, tutur Baraka yang perusahaannya mendapatkan penghargaan Primaduta Award dari Pemerintah RI.
Sementara itu, Atase Perdagangan KBRI Kairo, Burman Rahman, menegaskan, Indonesia melalui Kementerian Perdagangan berupaya keras memanfaatkan Mesir yang berpenduduk 89 juta jiwa sebagai jembatan dalam penetrasi ekspor ke pasar Afrika.
Pewarta: Munawar S Makyanie
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015