Zurich (ANTARA News) - Presiden FIFA Sepp Blatter melakukan banding terhadap skors 90 hari yang memaksanya meninggalkan kantornya, kata laporan pada Jumat ketika badan sepak bola dunia itu menjelang bulan-bulan sengit terkait proses mereka menemukan pemimpin baru.

Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menjadi badan regional terkini yang meminta diadakannya pertemuan darurat di eksekutif FIFA setelah skors yang dijatuhkan kepada Blatter, presiden UEFA Michel Platini, dan sekretaris jenderal Jerome Valcke.

Perselisihan perihal skors Blatter menjadi kejutan baru pada Jumat, ketika komite etik FIFA menolak klaim pria 79 tahun itu yang mengatakan dirinya tidak diberi bukti sebelum dijatuhi skors, dengan mengatakan Blatter telah diberikan "semua haknya."

The New York Times melaporkan bahwa Blatter mengeluh dirinya mengetahui perihal skorsnya setelah hal itu diungkap ke publik.

Para pengacara Blatter menuntut persidangan penuh untuk mendebat kasusnya dan juga meminta berkas kasus yang digunakan oleh komite etik FIFA untuk memutuskan skors, kata The Times.

Namun juru bicara komite etik Andreas Bantel mengatakan Blatter telah diberi kesempatan untuk meletakkan kasusnya pada 1 Oktober.

Ketua UEFA Michel Platini, yang dihantam skors serupa pada Kamis, juga "memiliki semua hak yang sangat sama" pada wawancara di hari yang sama, kata Bantel.

Platini juga berencana melakukan banding terhadap skors 90 harinya.

Platini merupakan kandidat terkuat pada pemilihan presiden FIFA yang akan berlangsung pada Februari, di samping taipan asal Korea Selatan Chung Mong Joon yang diskors dari aktivitas-aktivitas sepak bola untuk enam tahun saat komite etik melakukan pembersihan.

Blatter, yang telah memimpin FIFA sejak 1998, untuk sementara diskors oleh komite etik ketika para jaksa Swiss melakukan investigasi terhadap dirinya untuk kesalahan manajemen kriminal.

Nama Platini masuk dalam penyelidikan Swiss terkait pembayaran senilai dua juta dolar yang diterimanya dari FIFA.

Krisis di FIFA telah terbangun sejak Mei, ketika otoritas-otoritas AS mengumkan dakwaan-dakwaan terhadap 14 pejabat dan eksekutif pemasaran olahraga terkait dugaan penyuapan dengan nilai lebih dari 150 juta dolar.

Tokoh kuat sepak bola Asia Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa menulis surat kepada pelaksana tugas presiden FIFA Issa Hayatou, yang meminta diadakannya pertemuan darurat komite eksekutif FIFA.

"Terdapat situasi-situasi tertentu dan itulah mengapa kami perlu bertemu. Hanya dengan bersama-sama kita akan mampu melewati masa-masa sulit ini," kata Khalifa, menurut pernyataan dari AFC.

Federasi sepak bola Inggris dan Jerman telah mengeluarkan permintaan serupa. Juru bicara FIFA mengatakan kepada AFP bahwa hal ini akan didiskusikan oleh Hayatou dan anggota-anggota senior komite pada pekan depan.

Namun keputusan tetap berada di tangan pelaksana tugas presiden, yang saat ini berada di Kamerun, kata juru bicara.

Blatter, yang telah bekerja di FIFA selama 40 tahun, masih berada di Zurich, tempat markas besar organisasi itu, kata sumber yang dekat dengannya kepada AFP.

Platini yang ternoda

Awan berat kini menggelayuti Platini, mantan kapten Prancis dan salah satu pemain terhebat sepanjang masa, yang menyebut dirinya sebagai sosok yang dapat membersihkan FIFA setelah bertahun-tahun digerogoti skandal dan korupsi.

Nama pria 60 tahun itu masuk dalam penyelidikan terkait Blatter, karena pembayaran senilai dua juta dolar yang diterimanya pada 2011.

Ia menegaskan bahwa pembayaran itu legal dan mengecam skors FIFA sebagai "hal yang lucu," sebab menghambatnya dalam pencalonan sebagai kepala organisasi itu.

"Saya menolak semua tudingan yang ditujukan kepada saya," ucapnya, mengindikasikan bahwa ia berniat mengajukan banding terhadap skors tersebut.

Ke-54 anggota UEFA akan bertemu di markas besarnya di Nyon pada Kamis depan untuk mendiskusikan krisis ini.

Skors-skors yang dijatuhkan pada Kamis dapat diperbarui untuk 45 hari lagi ketika telah kadaluarsa pada Januari, yang membuat semua orang yang terkena skors ini harus menepi sampai sebelum pemilihan presiden baru dihelat pada Februari.

Platini mengatakan dirinya masih mendaftarkan berkas-berkas resminya untuk menjadi kandidat pemimpin FIFA. Tenggat waktunya ialah 26 Oktober.

Kepala Komite Olimpiade Internasional (IOC) -- yang pada masa lalu juga sempat dihantam masalah korupsi -- ikut melibatkan diri dalam kontroversi pada Kamis.

Presiden IOC Thomas Bach mengatakan "sudah cukup" dan inilah saatnya bagi FIFA untuk mempertimbangkan sosok luar untuk melakukan pembersihan.

Chung, kandidat presiden FIFA bersama Platini, mengatakan pada Jumat bahwa dirinya akan menuntut badan sepak bola dunia itu karena "merusak reputasinya" terkait skors yang dijatuhkan kepadanya, dan melakukan banding formal kepada Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS).

Pewaris keluarga Hyundai itu dinyatakan melanggar peraturan ketika melakukan lobi untuk upaya Korea Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002, yang kemudian secara kontroversial hak itu diberikan kepada Qatar.


(Uu.H-RF/D011)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015