Tarakan, Kalimantan Utar (ANTARA News) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menemukan lahan terkontaminasi limbah bahan beracun berbahaya (B3) berupa minyak mentah di pemukiman penduduk dan ruang publik yang berpotensi menimbulkan bahaya.
"Lahan yang terkontaminasi harus dikosongkan dan tak layak ditempati masyarakat karena berbahaya bisa menimbulkan kebakaran dan merusak lingkungan," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah,Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (B3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Tuti Hendrawati Mintarsih kepada pers, di Tarakan, Kalimantan Utara, Jumat.
Dikatakan hasil investigasi dan identifikasi awal 2014 yang dilakukan KLHK ditemukan adanya terkontaminasi limbah B3 berupa lantung (minyak mentah) di beberapa lokasi wilayah administratif Kelurahan Kampung I Skip dan Kelurahan Pamusiman.
Wilayah terkontaminasi tersebut merupakan wilayah kerja pertambangan PT Pertami EP Asset 5 dan wilayah kerja pertambangan PT Medco E&P Indonesia Blok Tarakan, dan banyak ditempati penduduk lokal.
Menurutnya, bahaya jangka pendek lahan terkontaminasi bila didiamkan adalah potensi kebakaran, rusaknya bangunan akibat terpapar lantung yang menggrogoti pondasi bangunan, serta resiko gangguan kesehatan seperti iritasi kulit dan gangguan saluran pernafasan.
Bahaya jangka panjang adalah rusaknya lingkungan hidup serta bahaya keaehatan seperti resiko kanker, gangguan sstm syaraf, kerusakan ginjal, menurunkan tingkat kecerdasan, autis, cacat bawaan, serta gangguan jantung.
Dikatakan, sejak 5 Oktober 2015, KLHK melakukan uji geolistrik dan pengeboran utama di 12 titik lokasi untuk mengetahui sebaran, volume limbah dan memastikan apakah terdapat potensi adanya lahan terkontaminasi lantung sebagai sisa pembuangan.
"Atau bisa saja secara keseluruhan lantung yang muncul merupakan rembesan yang brasal dari patahan lempeng bumi," katanya.
Walikota Tarakan Sofian Raga mengatakan saah satu dampak adanya rembesan lantung ini adalah dirobohkan bangunan Akademi Perawatan (Akper) karena miring dan amblas.
"Untuk menjaga hal yang tak diinginkan seperti bangunan roboh yang bisa menimbulkan korban jiwa maka kita telah robohkan bangunan Akper," kata walikota.
Sofian mengakui di Tarakan memang miliki banyak sumur pengobaran minyak baik yabg dilakukan peusahaan maupun masyarakat.
"Saat ini setidaknya ada1.444 sumur pengobaran minyak di Tarakan dan beberapa ada yang masih aktif maupun sdh tak aktif," katanya.
Pemerintah kota, katanya, siap lakukan kerjasama dengan KLHK untuk terus melakukan pemetaan wilayah yang berpotensi terdapat limbah.
"Kita ingin masyarakat bisa hidup dengan sehat dn tidak berada di lingkungan yang mengandung limbah," kata Sofian.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015