Santiago (ANTARA News) - Setelah delapan tahun kekeringan memanggang lahan dan mengeringkan resor ski, kedatangan cuaca basah yang tampaknya dipicu fenomena El Nino disambut di pusat Chile.
Di Chile, selama Agustus dan September hujan turun dengan intensitas lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pada musim semi di Belahan Bumi Selatan, dengan langit ibu kota Santiago yang biasanya biru menjadi kelabu membosankan dan halaman berumput coklat berubah menjadi hijau cerah.
Ada konsensus yang tumbuh di antara pemrakira cuaca global bahwa tahun ini akan ada El Nino kuat, penghangatan suhu permukaan laut di Pasifik yang membawa cuaca panas dan kering di Asia dan hujan ke Amerika Selatan.
Meski guyuran hujan deras bisa memicu banjir yang merusak, tapi El Nino juga bisa menjadi fenomena positif bagi negara pengekspor tembaga Chile, membawa kelegaan ke negara yang cuacanya kebanyakan kering itu.
"Yang jelas adalah bahwa respons zona tengah terhadap El Nino kuat positif, dengan hujan di musim semi, dan benar-benar ini yang terjadi," kata Claudia Villarroel, meteorolog dari badan cuaca nasional.
Itu bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, sepanjang relatif moderat, kata analis di Credicorp dalam satu laporan.
Menurut mereka, dalam kasus Chile, El Nino normalnya punya konotasi positif, karena hujan yang lebih besar dan iklim hangat cenderung menguntungkan sektor pertanian dan pembangkitan energi.
Lebih banyak salju di Andes menciptakan satu "waduk alam" yang menjadi jaminan bagi para petani, kata Juan Carlos Sepulveda, kepala produksi buah grup industri Fedefruta.
Tapi dia mengingatkan bahwa jika hujan terus turun sampai melewati November, mereka bisa membuat bunga-bunga pohon buah mekar dan mempengaruhi panen.
"Pada musim dingin, hujan disambut... ini datang terlambat," katanya.
Salju yang turun membawa anugerah akhir musim ke resor ski dekat Santiago, yang awal operasinya ditunda karena hujan langka turun pada bulan Juni dan Juli, tapi terlihat aktif memasuki Oktober.
Lebih jauh ke utara, sektor pariwisata Chile bisa mendapat manfaat dari fenomena "gurun berbunga", dengan hujan mengubah Atacama yang biasanya kering menjadi karpet bunga beraneka warna - menjadi daya tarik pengunjung saat masuk November.
Ahli cuaca mengingatkan bahwa kendati demikian hujan yang turun bukan sinyal berakhirnya kekeringan Chile.
Pada akhir September, total hujan Santiago masih sekitar 40 persen di bawah yang seharusnya menurut catatan Villarroel yang dikutip kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015