Jakarta (ANTARA News) - Sebagai negara yang mendapat lisensi pembuatan Sukhoi Su-30MKI Flanker hingga jumlah ratusan unit, India sangat mengandalkan pertahanan udaranya kepada pesawat tempur buatan KNAPPO, Rusia, ini.
Namun, beberapa hari lalu, Kepala Staf Angkatan Udara India, Jenderal Arup Raha, mengungkap sejumlah masalah tentang kesiapan operasional Sukhoi Su-30MKI ini kepada pers.
Dikutip dari Arming India terbitan New Delhi, dari Jakarta, Selasa, Raha menyatakan itu pada Hari Angkatan Udara India.
Dia katakan, tingkat kesiapan operasi Sukhoi Su-30MKI ini hanya 50 persen. Ini juga untuk pertama kalinya India mengungkap kualitas Sukhoi Su-30MKI (versi kursi ganda Sukhoi Su-27 Flanker), yang dikatakan memiliki daya penggentar luar biasa, bahkan diklaim bisa menghalau pesawat tempur sekelas F-35 Lighting II buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat itu.
“Banyak sekali masalah terkait perawatan, overhaul, waktu persiapan (turnaround time), dan ketersediaan sukucadang dari pihak original equipment manufacturer,” kata Raha kepada pers.
India mendapat lisensi pembuatan hampir seluruh Sukhoi Su-30MKI itu dari KNAPPO, Rusia, melalui perusahaan kedirgantarannya, Hindustan Aeronautics Limited. Ketersediaan sukucadang dari original equipment manufacturer (Rusia) ini berpotensi berkontribusi pada hambatan tingkat kesiapan operasi Sukhoi Su-30MKI mereka.
Dalam wawancara khusus dengan Armin India, Raha menyatakan, Angkatan Udara India mengoperasikan 13 skuadron udara bermaterialkan Sukhoi Su-30MKI ini.
"Mereka tidak menepati target produksi, dan ada masalah dengan kendali mutu,” kata dia.
Menurut dia, ada beberapa hambatan dalam penyelesaian dan pengiriman, tapi tidak terlalu mengkhawatirkan yang sudah dibicarakan untuk penyelesainnya,” katanya, mengenai program Su-30MKI.
Dia memberi gambaran dari ketersediaan sukucadang. Pada Latihan Bersama Indukush bersama Angkatan Udara Kerajaan Inggris, kata dia, mereka bisa menyelesaikan semua misi.
Semata-mata karena sukucadangnya 100 persen tersedia selama latihan. Inilah yang harus selalu dijamin kondisinya pada kondisi keseharian, bukan selama latihan saja.
Pada sisi lain, Raha juga mengungkap sejumlah masalah pada program Pesawat Tempur Generasi Kelima dengan Rusia.
“Ada beberapa masalah yang terkait teknologi, kerja sama, biaya operasional, dan usia pakai pesawat tempur itu. Hal ini sudah kami sampaikan kepada para pejabat yang terkait,” katanya.
Walaupun menjalin hubungan sangat erat, namun hubungan India dan Rusia dalam hal ini masih terganjal sejumlah masalah pada tataran fungsional. Ini terjadi antara Angkatan Udara India dengan pihak original equipment manufacturer Rusia-nya.
Tahun lalu, pada insiden kecelakaan Sukhoi Su-30MKI Angkatan Udara India di Pune, pilot “terpaksa” menarik sling kursi lontar dari kokpit Sukhoi Su-30MKI itu. Insiden itu terjadi saat pilot akan mendarat di Pangkalan Udara Lahegeaon, di Pune.
Penerjemah: Ade P Marboen
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015