Pontianak (ANTARA News) - Anggota Pamtas RI-Malaysia dari kesatuan Yonif 644/Walet Sakti yang bertugas di perbatasan di Kalimantan Barat, Serda Yongki menjalankan tugas rangkap, selain harus menjaga kedaulatan NKRI juga menjadi guru bantu.
"Sudah enam bulan lamanya saya mengajar di SDN 15 Segumun," kata Serda Yongki, di Sekayam, Selasa.
Sejak pagi dia berjalan kaki kurang lebih tujuh kilometer dari Pos TNI di pedalaman untuk menuju SDN 15 Segumun, sekolah terpencil di daerah perbatasan yang memang masih kekurangan guru dan sarana penunjang.
Yongki mengajar PPKN, Seni, Jasmani dan Pramuka. Selama ini, kondisi yang sangat memprihatinkan bagi anak-anak di pedalaman perbatasan di dalam mengejar cita-citanya. Kondisi sekolah masih serba kekurangan sarana penunjang dan tenaga pendidik.
Semenjak enam bulan terakhir di SD Segumun menjadi lebih semarak, hal ini karena kehadiran Serda Yongki.
Ia sendiri merupakan personel yang memang disiapkan untuk menjadi guru bantu di perbatasan.
Tugasnya, membantu mengisi kekosongan guru di sekolah perbatasan setiap hari mulai pukul 06.30 WIB sampai 14.00 WIB. Perjalanan yang cukup melelahkan ini segera sirna begitu melihat senyuman ceria dari anak-anak didiknya.
Menurut dia, anak-anak didiknya merupakan siswa-siswi yang cerdas, walau hidup dengan segala kekurangan namun semangat belajar mereka sangat tinggi.
Hal inilah yang membuat semangat Serda Yongki untuk mengajar mereka setiap hari semakin tinggi.
"Mereka adalah semangat saya untuk datang mengajar ke sekolah tersebut, lelah kaki ini berjalan terobati dengan melihat senyum ikhlas mereka saat saya masuk kelas," kata Serda Yongki sambil tersenyum.
Andreas (10) murid kelas IV mengaku senang diajar oleh TNI, guru dadakan itu lebih banyak mengajak bermain sambil belajar. "Kadangkala tegas juga tetapi lebih banyak senyumnya," ujar Andreas.
Vinsensius salah satu guru di SDN 15 Segumun mengaku sangat terbantu oleh TNI, dalam belajar mengajar. Selama ini kegiatan pramuka dan olahraga kurang maksimal menjadi lebih optimal diajarkan oleh Pamtas TNI.
"Jika salah satu guru berhalangan masuk maka guru yang ada akan rangkap mengajar, sejak ada TNI mengajar tidak ada lagi guru yang rangkap kelas," ungkap Pinsensius.
Pewarta: Teguh Imam Wibowo dan Agus Alfian
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015