Jakarta (ANTARA News) - Konsentrasi titik api (hot spot)di Sumatera Selatan meluas setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menemukan 1.340 titik.
"Lebih dari satu bulan hot spot di Sumsel belum juga dapat dipadamkan. Konsentrasi hot spot di Sumsel ini terdapat di perkebunan dan hutan tanaman industri di Kabupaten Ogan Komering Ilir," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Data dan Informasi BNPB, kepada Antaranews melalui pesan singkat di Jakarta, Senin.
Pantauan satelit NASA menunjukkan asap tebal diproduksi dari Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin yang terbawa angin ke arah Barat Laut-Utara sehingga menambah kepekatan asap di Jambi dan Riau.
"Bahkan asap ini menyebar ke wilayah Malaysia kemarin. Di Kalimantan asap masih mengepung Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat," kata Sutopo.
Jarak pandang pendek menyebabkan penerbangan terganggu.
Jarak pandang Minggu sore di Pekanbaru tercatat 500 meter, Jambi 500 meter, Palembang 700 meter, Ketapang 800 meter, Sintang 400 meter, Pontianak 1.000 meter, dan Palangkaraya 100 meter.
Kualitas udara yang tercatat di Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) menunjukkan level Tidak Sehat hingga Berbahaya.
Udara di Pekanbaru 380 ugr/m3 (Berbahaya), Jambi 504 (Berbahaya), Palembang 391 (Berbahaya), Palangkaraya 983 (Berbahaya), Medan 166 (Tidak Sehat), Pontianak (275 (Sangat Tidak Sehat).
"Untuk mengatasi hal ini, BNPB mengerahkan tujuh helikopter dan pesawat water bombing, serta satu pesawat Casa hujan buatan di Sumsel. Sebanyak 1.594 personil TNI-Polri dari Jakarta dikirim ke Sumsel untuk memperkuat satgas darat di Sumsel sehingga total 3.694 personil gabungan memadamkan api di darat."
"Langkanya awan potensial di Sumsel menyebabkan hujan buatan belum optimal. Beberapa helikopter water bombing akan dipindahkan homebase-nya ke Ogan Komering Ilir dan Muba untuk memudahkan pemadaman," katanya.
Pantauan Satelit Terra Aqua dari NASA pada Minggu mencatat ada 1.820 titik api; yaitu di Sumatera 1.563 titik (Sumsel 1.340, Riau 9, Jambi 131, Babel 22, Lampung 57, Kepri 1), dan di Kalimantan 257 (Kalbar 51, Kalteng 108, Kalsel 71, Kaltim 27).
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015