"Permasalahannya adalah apakah cita-cita itu sudah terwujud atau masih dalam proses. Lalu apakah parameter rakyat sejahtera. Lalu bagaimana peran negara mewujudkannya," katanya dalam dialog 4 Pilar MPR, Jakarta, Minggu, seperti dikutip dari keterangan tertulis MPR.
Ali mengatakan, ukuran rakyat sejahtera adalah tercukupinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Selain itu, parameter juga bisa diperluas pada kesehatan yang harus terjamin, infrastruktur jalan yang bagus dan transportasi publik yang memadai.
"Namun, sampai saat ini kesejahteraan yang diidam-idamkan belum terjadi. Tingkat kemiskinan masih cukup tinggi. Nah, tugas negara itulah membangun rakyat agar bisa menikmati kehidupan adil dan sejahtera," ujarnya.
Selain itu, Ali juga menyinggung soal perekonomian Indonesia yang dinilainya makin memburuk. Hal ini bukan karena pemerintah gagal dalam mensejahterakan rakyat, tetapi terdampak oleh kondisi perekonomian global.
"Yang paling terdampak adalah rakyat kecil contohnya buruh. Dalam catatan saya, sudah 26 ribu lebih buruh terkena PHK (pemutusan hubungan kerja), malah ada yang mengatakan sampai 300 ribu buruh terkena PHK, inilah potret dampak perekonomian Indonesia anjlok," ujarnya.
Jika gejolak-gejolak sosial tersebut tidak segera diatasi, Ali khawatir akan menimbulkan gangguan-gangguan keamanan nasional.
Ia mengatakan, peran negara selama ini sudah terlihat namun belum maksimal dalam upaya mengatasi permasalahan perekonomian nasional. Pemerintah diharapkan dapat menaikkan indeks pertumbuhan ekonomi nasional.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015