Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan Indonesia mengincar pembangunan megaproyek di Oman dengan nilai mencapai 164,7 miliar dolar Amerika Serikat melalui keikutsertaan dalam pameran Infra Oman 2015 yang diselenggarakan pada 5-7 Oktober 2015 di Muskat, Oman.
"Ini peluang yang tengah diincar untuk membuka akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan kedua negara," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, dalam siaran pers yang diterima, Minggu.
Nus mengatakan, saat ini Oman sedang melakukan diversifikasi perekonomian melalui pembangunan industri nonmigas dengan meningkatkan infrastruktur transportasi dan logistik di negara tersebut.
Nus menambahkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk merambah pasar nontradisional, pemerintah Indonesia tengah mendorong terbukanya pasar ekspor produk bahan bangunan (building material) dan konstruksi.
Kali ini, Ditjen PEN menyasar produk bahan bangunan dan konstruksi di negara-negara Timur Tengah, dan mengincar pembangunan megaproyek di Oman itu.
Infra Oman merupakan salah satu pameran building material dan konstruksi terbesar di kawasan Timur Tengah, sehingga diharapkan keikutsertaan Indonesia dapat terus melejitkan ekspor building material ke Oman yang telah tumbuh positif 72,91 persen dalam lima tahun terakhir.
Selama periode Januari-Juli 2015, terjadi kenaikan drastis ekspor produk bahan bangunan sebesar 653,32 persen dari 355 ribu dolar AS menjadi 2,67 juta dolar AS. Kenaikan tersebut dipicu besarnya permintaan produk other tube/pipe fittings (couplings) dari hanya satu ton dengan nilai 29 ribu dolar AS menjadi 11 ton senilai 571 ribu dolar AS.
"Beberapa proyek besar Oman yang dapat dimanfaatkan perusahaan building material dan konstruksi Indonesia antara lain pembangunan rel kereta api, yang akan menghubungkan Oman dengan Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Arab Saudi, dan Kuwait. Selain itu ada proyek pelabuhan, bandar udara, kawasan industri, gedung perkantoran, dan perumahan," ujar Nus.
Oman diproyeksikan menjadi pasar kuat di bidang konstruksi. Menurut laporan tahunan survei konstruksi negara-negara kawasan Teluk milik Pinsent Masons, industri konstruksi Oman meningkat sebesar 7,72 persen setiap tahunnya selama periode 2009-2013.
Sementara itu, Indonesia masih berada di urutan ke-23 sebagai negara pemasok ke Oman. Selama lima tahun terakhir, tren perdagangan dengan Oman hanya sebesar 2,97 persen dengan nilai 438,3 juta dolar AS pada 2014.
Namun demikian, pada semester pertama 2015 ini, terjadi kenaikan surplus perdagangan sebesar 166,9 persen dari 28,3 juta dolar AS di periode yang sama setahun lalu menjadi 75,54 juta dolar AS. Dan dalam Infra Oman kali ini, Indonesia akan memboyong sepuluh perusahaan yang bergerak di bidang building material dan konstruksi.
"Potensi Oman yang begitu besar perlu menjadi perhatian lebih dan diharapkan partisipasi Indonesia di Infra Oman ini bisa menggenjot ekspor nonmigas Indonesia serta memperluas akses pasar yang lebih besar ke negara tersebut maupun kawasan Timur Tengah lainnya," ujar Nus.
Secara keseluruhan, Pameran Infra Oman menampilkan produk dan jasa di bidang seperti pembangunan bandara, mesin bangunan untuk kontruksi di atas tanah, teknologi bangunan, dan teknik sipil. Tahun lalu, Infra Oman diikuti 241 peserta dari 25 negara, serta dikunjungi 4.132 buyer dari 30 negara.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015