... kami selalu berinovasi dari teknik, material, warna dan motif. Kalau untuk pesanan khusus pengecualian...Jakarta (ANTARA News) - Sejak awal mendirikan Purana pada tahun 2008, desainer Nonita Respati berkomitmen untuk mengolah kain nusantara. Batik adalah salah satu fokusnya.
Pesatnya bisnis batik saat ini, kata Nonita mendorong pelaku bisnis untuk semakin kreatif.
"Sebagai kreator, masyarakat jangan dibuat jenuh dengan pengolahan batik yang monoton, baik dari sisi shape, cutting, design, maupun motif batiknya itu sendiri," kata Nonita, kepada www.antaranews.com, di Jakarta, Jumat.
Menurut Nonita, pakem batik terletak pada teknik namun pengolahan batik harus inovatif karena pengguna batik sudah semakin melek dengan desain dan pengetahuan soal batik.
"Mau motifnya batik klasik ya disebutnya tetap batik, mau dimodernkan dengan motif dan warna kontemporer dan modern, asal tekniknya tetap batik, ya disebutnya tetap batik," kata dia.
"Ini yang selalu dilakukan Purana, menerjemahkan batik dan kain nusantara dalam napas modern," tutur Nonita yang juga bereksperimen dengan jumputan (tie dye) dan tenun itu.
"Batik Purana harus cap atau tulis. Untuk koleksi siap pakai, kami selalu berinovasi dari teknik, material, warna dan motif. Kalau untuk pesanan khusus pengecualian. Kami bisa memakai motif batik klasik dengan modifikasi pada detail dan warna," tambah Nonita.
Nonita tidak maju sendiri. Ia merangkul pekerja batik di Yogyakarta dari lokakarya di bawah naungan Purana untuk melestarikan batik.
"Purana memiliki bengkel kerja mini di Yogyakarta, di mana kami memang memproduksi batik-batik dengan motif dan warna kami sendiri," kata dia.
"Batik Purana harus cap atau tulis. Untuk koleksi siap pakai, kami selalu berinovasi dari teknik, material, warna dan motif. Kalau untuk pesanan khusus pengecualian. Kami bisa memakai motif batik klasik dengan modifikasi pada detail dan warna," tambah Nonita.
Nonita tidak maju sendiri. Ia merangkul pekerja batik di Yogyakarta dari lokakarya di bawah naungan Purana untuk melestarikan batik.
"Purana memiliki bengkel kerja mini di Yogyakarta, di mana kami memang memproduksi batik-batik dengan motif dan warna kami sendiri," kata dia.
"Kenapa saya terus mengolah batik, karena saya sudah nyemplung, total, sudah punya workshop dan pekerja yang perlu makan dan hidup. Ini bukan sekedar cita-cita lagi namun sudah menjadi tanggung jawab," tutur Nonita.
Cita-cita Nonita lebih tinggi lagi, ingin membawa batik ke ranah global. Dan ia telah memulainya. Purana pun telah membuktikan diri dalam ajang bergengsi seperti Jakarta Fashion Week, Harpers Bazaar Fashion Festival, dan banyak lagi.
"Dua tahun lalu kami ada pembeli Singapura yang membeli produk kami dengan sistem borongan. Mungkin kalau di Asia harga buatan tangan masih kompetitif. Belum kami coba masuk ke pasar Eropa atau Amerika. Hopefully soon," ujar Nonita.
Cita-cita Nonita lebih tinggi lagi, ingin membawa batik ke ranah global. Dan ia telah memulainya. Purana pun telah membuktikan diri dalam ajang bergengsi seperti Jakarta Fashion Week, Harpers Bazaar Fashion Festival, dan banyak lagi.
"Dua tahun lalu kami ada pembeli Singapura yang membeli produk kami dengan sistem borongan. Mungkin kalau di Asia harga buatan tangan masih kompetitif. Belum kami coba masuk ke pasar Eropa atau Amerika. Hopefully soon," ujar Nonita.
Pewarta: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015