Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR, Firman Soebagyo, menilai, sistem pengamanan kompleks parlemen yang ada saat ini masih kacau.
Jika pengamanan ketat dilakukan, maka pihak keamanan dapat mengantisipasi apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, termasuk adanya wartawan bodrek yang saat ini bebas berkeliaran di komplek DPR RI.
"Nah sekarang bebas. Wartawan palsu, wartawan “bodrek” itu sudah sampai di ruang anggota, nongkrong dan ngancam minta duit lah. Ini yang harus diamankan," kata dia, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat.
Lebih jauh, ia berharap, sistem keamanan terpadu (SKT) yang kini perencanaannya sedang disusun Biro Umum Sekretariat Jenderal DPR, dapat membuat aparat kepolisian bekerja lebih represif.
Terutama, jika ada kasus kekerasan yang terjadi di dalam lingkungan kompleks parlemen. Tindakan represif itu diharapkan dapat dilakukan tanpa perlu membuat laporan terlebih dahulu ke polsek, polres atau Polda Metro Jaya.
"Ketika terjadi 'bang bung bang bung' polisi harus represif mengamankan itu. Jangan sampai nanti di dalam gedung ada orang gebak-gebukan kemudian tusuk-menusuk itu yang kemudian polisi juga pasif. Itu enggak boleh," tegasnya.
Seorang yang mengaku fotografer diciduk Pengaman Dalam (Pamdal) DPR di lantai 22, Gedung Nusantara I DPR. Lantai 22 merupakan ruang Fraksi Partai Nasional Demokrat.
Menurut Pamdal, Maulana, fotografer yang bernama Firdaus dari Fokus itu memeras anggota DPR RI dari Fraksi NasDem, Victor Laiskodat, dan Ali Umri.
"Tadi kami tangkap di lantai 22, saat dia memeras anggota DPR," kata Maulana, sembari membawa Firdaus ke ruang Pos Obyek Vital DPR, Gedung DPR, Jakarta, Jumat.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015