Washington (ANTARA News) - Seorang petugas catatan sipil AS yang menolak menerbitkan sertifikat nikah sesama jenis mengaku telah bertemu secara diam-diam dengan Paus Fransiskus saat Paus berkunjung ke AS. Menurut dia, Paus menyemangatinya untuk tetap kuat pada keyakinannya.
Kim Davis, nama petugas yang pengikut Kristen yang saleh, berkata kepada stasiun penyiaran ABC bahwa dia bertemu dengan Paus pada 24 September ketika Paus berada di Washington setelah secara mengejutkan ditelepon seorang pejabat Vatican.
"Sungguh sangat rendah hati beliau ingin mengetahui Anda, bertemu atau mengenal Anda," kata Davis. "Sebelum pergi beliau berkata, tetap teguh," kata perempuan itu.
Di Roma, juru bicara Vatican Federico Lombardi membenarkan pertemuan dengan petugas di Kentucky itu namun menolak berkomentar lebih jauh.
Davis menjadi pahlawan untuk para penentang pernikahan sesama jenis di AS setelah dia dibui selama enam hari karena menolak menerbitkan sertifikat nikah untuk pasangan gay, yang telah dilegalisasi Mahkamah Agung AS pada Juni lalu.
Perempuan ini dibebaskan setelah kepala kantor catatan sipilnya di Rowan County, Kentucky, menyatakan akan menerbitkan sertifikat nikah sesama jenis itu.
"Saya mengulurkan tangan saya dan beliau menggapai saya serta merengkuhnya dan saya memeluknya dan beliau memeluk balik saya, lalu beliau berkata 'terima kasih untuk keberanianmu','" kenang Davis menyangkut pertemuannya dengan Paus.
"Itu adalah dorongan besar karena mengetahui bahwa Paus tetap di jalur, dengan apa yang kita lakukan dan setujui, Anda tahu ini semacam pengesahan untuk semuanya."
Dalam pertemuan yang berlangsung di Kedutaan Besar Vatican di AS itu Paus memberi Davis dua rosario, satu berwarna hitam dan satunya lagi merah, kata pengacaranya Mathew Staver kepada CNN.
"Orang tua Kim Davis, ibunda dan ayahandanya, adalah penganut Katolik yang saleh. Dan memang dia akan menghadiahi ayah ibunya dengan hadiah dari Paus itu," kata Staver.
Selama kunjungannya ke Washington, New York dan Philadelphia pekan lalu, Paus Fransiskus menyerukan kebebasan beragama namun sama sekali tidak menyebut nama Davis, demikian AFP.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015