Jakarta (ANTARA News) - Investor mebel asal Taiwan yang sudah tiga tahun beroperasi di Sidoarjo, Jawa Timur, memutuskan pindah ke Vitnam.Upah buruh yang disebut UMR, yang makin tinggi, jadi pemicu.


Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri), Abdul Sobur, di Jakarta, Selasa, menyatakan, UMR yang melonjak hingga 150 persen dalam kurun waktu tiga tahun dinilai memberatkan, terlebih perusahaan itu memiliki sekitar 3.000 karyawan.


Menurut Sobur, upah pekerja di Vietnam jauh lebih murah dibandingkan di Sidoarjo, yakni 150 dollar Amerika Serikat perbulan dengan 48 jam kerja seminggu. UMR di Jawa Timur 250 dollar AS perbulan dengan 40 jam kerja seminggu.


Di Vietnam juga tidak pernah terjadi demonstrasi tuntutan ini dan itu dari buruh setempat. Banyak pabrikan internasional berbasis produksi di Vietnam dengan standar internasional.


Sobur menjelaskan, Amkri menargetkan ekspor industri mebel dan kerajinan bisa mencapai 5 miliar dolar AS dalam jangka waktu lima tahun.


Untuk mencapai target tersebut, industri mebel harus tumbuh sekitar 15 persen pertahun dan target ini diprediksi akan sulit tercapai apabila investor asing skala besar memilih untuk relokasi.


Selain itu, pertumbuhan ekspor nasional yang dicanangkan bisa mencapai 2 miliar dolar AS pada tahun ini juga akan terganggu, karena perusahaan asal Taiwan tersebut berkontribusi besar terhadap ekspor, khususnya ke pasar Amerika.


"Jawa Timur penyumbang ekspor mebel dan kerajinan nasional terbesar yakni sekitar 600 juta dolar Amerika Serikat sedangkan Jawa Tengah menyumbang ekspor 500 juta dolar Amerika Serikat, dan sisanya Jawa Barat," ujar Sobur.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015