Bandung (ANTARA News) - Publikasi dan sosialisasi merek atau "branding" produk UMKM dan pelaku usaha lainnya di Indonesia mutlak harus dilakukan pada era pasar bebas ASEAN (MEA) 2015.
"Publikasi merek mau tidak mau harus dilakukan untuk bisa mendapat pangsa pasar di era MEA, pelaku usaha harus percaya diri dan memaksimalkan keunggulan teknologi informasi untuk menembus pasar," kata Ekonom dan pakar Marketing LPM Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Poppy Rufaidah dalam diskusi UMKM di Dinas UMKM dan Koperasi Jabar, Selasa.
Menurut dia, merek sangat berpengaruh terhadap akses penjualan di pasaran, karena dengan merek yang sudah diakui secara nasional maupun internasional mendongkrak signifikan penjualan produk.
Ia menyebutkan branding sangat perlu karena akan meningkatkan nilai tambah dan juga daya saing di pasaran. Di sisi lain juga membentuk kepercayaan terhadap produk disamping jaminan kualitas yang pasti.
Menurut dia, beberapa produk dengan merek terkenal yang telah diakui, ternyata memiliki lejitan pemasaran yang luar biasa.
"Ada kecenderungan saat ini konsumen membeli merek, meski dari sisi produk tidak banyak berbeda dari produk sejenis. Fenomena itu berlaku dan terus meningkat di Indonesia, termasuk di kawasan ASEAN," katanya.
Dampaknya, pemegang merek bisa meningkatkan nilai jual dan nilai tambah dari produk itu menjadi tinggi. Sehingga harga yang ditawarkan bisa lebih tinggi dari produk sejenis yang ada di pasar.
Selain branding, tambahnya, publikasi dan sinegritas antar-stakeholder, juga penting. Publikasi melalui media, baik cetak, online, elektronik, termasuk media sosial, ujarnya, dapat menjadi bagian strategi promosi.
Selain itu sinergitas, karena dengan sinergi yang kuat merupakan sebuah kekuatan ekonomi yang luar biasa dan sebagai penjawab tantangan era pasar bebas.
"Pemanfaatan IT salah satu perangkat untuk branding, itu mutlak dilakukan di era MEA mendatang. Tanpa perangkat IT minimal internet, maka kita sudah tertinggal di tengah pergulangan ekonomi yang kian kencang," katanya.
Di isi lain, kata dia ada beberapa hal yang menjadi kendala UMKM. Kendala terbesar, yaitu permodalan, sebesar 58 persen. Juga jaringan, pengembangan bisnis, distribusi, dan lainnya.
Masih sulitnya branding bagi pelaku usaha di daerah, diakui oleh Manajer Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra Indramayu Arundina yang menyebutkan branding masih menjadi kendala.
"Benar. Soal branding, masih jadi kendala kami. IT bisa kami ikuti namun akselerasi penggunaan dan cara brandingnya yang masih belum bisa kita optimalkan," katanya.
Padahal kata dia, pihaknya punya kapasitas dan potensi besar. Dalam hal hasil tangkapan, setiap hari sekitar 40 ton ikan laut dengan omset sekitar Rp1,2 miliar hingga Rp1,4 miliar per hari.
Dia berpandangan, apabila sudah punya brand, tentunya makin meningkatkan nilai tambah. Jika itu terjadi, efeknya kesejahteraan pun meningkat.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015