Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Tiongkok akan melibatkan delapan ribu tentaranya dalam pasukan penjaga perdamaian PBB, kata Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam sidang Majelis Umum PBB, Senin.
Langkah itu diperkirakan membuat negara tersebut menjadi pemain terbesar dalam tugas penjagaan perdamaian PBB.
Janji Xi tersebut diungkapkan saat Tiongkok berupaya menunjukkan bahwa mereka adalah negara dengan tanggung jawab internasional, di tengah keprihatinan mengenai peningkatan kekuatan militer mereka serta sengketa kawasan di Asia-Pasifik.
Dalam kunjungan kenegaraan ke Washington pada Jumat, Xi dan Presiden AS Barack Obama sepakat bahwa kedua negara akan meningkatkan tekad kuat untuk menjaga perdamaian.
Keduanya termasuk dalam lebih dari 50 pemimpin negara yang menjanjikan sekitar 40 ribu tentara dan polisi, serta peralatan atau latihan bagi misi penjaga perdamaian PBB dalam pertemuan tingkat tinggi PBB yang dipimpin Obama, Senin.
"Tiongkok akan bergabung dalam sistem baru kesiagaan penjaga perdamaian PBB, dan oleh karenanya memutuskan untuk memimpin pembentukan pasukan polisi penjaga perdamaian permanen, serta membentuk pasukan siaga penjaga perdamaian dengan 8 ribu tentara," kata Xi.
Ia mengatakan Tiongkok akan menyediakan bantuan militer senilai 100 juta dolar AS kepada Uni Afrika dalam lima tahun mendatang, untuk mendukung pembentukan pasukan siaga Afrika serta meningkatkan kapasitas tanggap krisis.
Dalam pertemuan puncak, Xi mengatakan sebagian dari dana pembangunan dan perdamaian Tiongkok-PBB senilai 1 miliar selama 10 tahun yang dibentuk Tiongkok, akan digunakan untuk operasi penjaga perdamaian.
Tiongkok juga akan memberikan "pertimbangan menguntungkan" bagi permintaan PBB untuk lebih banyak staf medis, transport dan permesinan Tiongkok, namun "strategi operasi perlu diformulasikan dan dilaksanakan dengan tepat," kata Xi.
Obama, yang pekan lalu menggelar pertemuan dengan Xi di Washington, menjabat tangannya dengan penuh semangat saat meninggalkan podium, Senin.
Pengalaman operasional
Militer AS mengatakan kepada puluhan duta besar dan penasihat militer PBB di New York pada Juli, bahwa PBB membutuhkan pasukan cepat tanggap, perlengkapan dan pelatihan.
Washington membayar 28 persen lebih, dari 8,2 miliar dolar AS anggaran misi penjaga perdamaian PBB, namun Beijing mengatakan mereka menyumbang lebih banyak personel bagi misi penjaga perdamaian dibandingkan keempat anggota Dewan Keamanan lain yaitu Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan Inggris.
Lima negara lain yang memberikan kontribusi tentara dan polisi terbanyak adalah Bangladesh, Ethiopia, India, Pakistan, dan Rwanda, menurut data dari laman resmi PBB pada Agustus.
Tiongkok saat ini menyediakan sekitar 3 ribu, dari lebih 106.500 tentara, polisi dan penasihat PBB yang dikirimkan oleh seluruh negara, dan menempatkannya sebagai negara penyumbang terbesar ke sembilan personel penjaga perdamaian.
Kontingennya yang terbesat berada di Sudan Selatan, dimana mereka meningkatkan peran diplomatik dan menjadi penanam modal terbesar dalam industri minyak.
Pakar mengatakan bahwa perluasan peran penjaga perdamaian Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir paralel dengan keinginannya untuk memperluas kapabilitas militernya ke luar negeri dan bisa memberikan pengalaman logistik dan operasional.
"Mereka jelas ingin menciptakan lebih banyak pasukan bersenjata internasional sehingga mereka bisa beroperasi di lebih banyak lingkungan menantang," kata Douglas Paal, direktur program Asia Anugerah Carnegie untuk Perdamaian Internasional.
Dalam pidato sebelumnya di hadapan Majelis Umum, Xi mencoba menghilangkan kekhawatiran bahwa meningkatnye pengaruh negaranya merupakan ancaman.
"Kami berkomitmen untuk pembangunan damai. Apapun perkembangan tataran internasional dan sekuat apapun Tiongkok nantinya, Tiongkok tidak akan pernah mengejar hegemoni, ekspansi, ataupun lingkup pengaruhnya," katanya dikutip Reuters.
(S022/B002)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015