New York (ANTARA News) - Harga minyak turun pada Senin (Selasa pagi WIB), setelah penurunan tajam keuntungan industri di Tiongkok, tanda terbaru dari pelemahan di konsumen energi terbesar di dunia.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 1,27 dolar AS menjadi berakhir di 44,43 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, menetap di 47,34 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 1,26 dolar AS dari penutupan Jumat.
"Pasar sangat fluktuatif tetapi bukan hanya di minyak mentah saja, itu di seluruh papan perdagangan. Mineral-mineral yang serta pasar saham, menempatkan banyak tekanan pada komoditas," kata Oliver Sloup dari iiTrader.com.
Sloup mengatakan data terbaru yang lemah dari Tiongkok di tengah pelambatan pertumbuhan merupakan pemicu aksi jual. Keuntungan di perusahaan-perusahaan industri besar Tiongkok jatuh hampir sembilan persen pada Agustus dari setahun lalu, penurunan terbesar sejak 2011, data resmi menunjukkan Senin.
"Tiongkok adalah salah satu konsumen terbesar minyak mentah dan jika mereka melambat di sana tidak akan ada orang yang benar-benar melangkah untuk menggantikannya dalam waktu dekat," katanya. "Jika mereka terus melambat, diperkirakan itu akan terus menekan harga."
Pasar minyak juga mencerminkan kekhawatiran lebih umum tentang pertumbuhan global, kata analis.
Christine Lagarde, Ketua Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan IMF kemungkinan akan menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk 2015 dan 2016 karena pelambatan di Tiongkok dan pasar negara-negara berkembang lainnya.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar bisnis Prancis Les Echos yang diterbitkan Senin, Lagarde mengatakan perkiraan Juli pertumbuhan 3,3 persen untuk 2015 dan 3,8 persen untuk 2016 tidak lagi realistis. Tapi dia mengatakan pertumbuhan akan tetap berada di atas 3,0 persen.
"Lagarde pada dasarnya mengatakan dia akan menurunkan pertumbuhan untuk seluruh alam semesta dan itu semacam membebani harapan untuk permintaan minyak mentah," kata Phil Flynn di Price Futures Group.
IMF akan merilis proyeksi baru pertumbuhan pada 6 Oktober.
(Uu.A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015