Bangkok (ANTARA News) - Polisi Kerajaan Thailand menegaskan kembali, Senin, motif pengeboman di kuil di Bangkok pada Agustus merupakan aksi balas dendam atas operasi penumpasan penyelundupan manusia.
Polisi juga menunjukkan kembali sejumlah besar uang tunai yang akan digunakan sebagai hadiah bagi para penyelidik.
14 warga asing termasuk di antara korban tewas serangan itu, insiden terburuk dalam sejarah Thailand.
Peristiwa itu pukulan baru bagi industri pariwisata yang baru saja pulih dari dampak demonstrasi pada 2014.
"Kami yakin motif utama kejahatan ini adalah langkah otoritas Thailand menghancurkan jaringan perdagangan manusia," kata kepala polisi, Somyot Pumpanmuang, dalam jumpa pers.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Polisi berulang kali mengatakan mereka tidak yakin milisi terlibat dalam kasus ini, sehingga menyingkirkan kemungkinan motif balas dendam atas pemulangan 109 muslim Uighur ke China, pada Juli.
Isu Uighur hal sensitif bagi pemerintah dan setiap kaitan antara pengeboman dengan deportasi atas permintaan China bisa memicu kritikan bahwa kebijakan luar negeri negara tersebutlah yang telah menyebabkan pengeboman itu.
Uighur yang sebagian besar merupakan Muslim, mengatakan mereka lari dari kawasan Xinjiang di China karena dianiaya; Beijing membantah hal tersebut.
Untuk kedua kalinya dalam sebulan, Somyot muncul dengan tiga gepok tebal uang yang diletakkan di hadapannya dan mengatakan uang sebanyak 3 juta baht itu merupakan ganjaran bagi para penyelidiknya.
Meski menyingkirkan keterlibatan milisi internasional, Somyot mengatakan ada kemungkinan keterkaitan antara ledakan itu dengan perpecahan politik Thailand melalui seorang individu, yang dibayar untuk membantu tersangka dalam serangan.
Orang itu mungkin terlibat dalam beberapa pengeboman yang terjadi selama kemelut politik pada 2010 dan 2014, katanya.
"Kami tidak bisa mengabaikan motif ini, bahwa ini mungkin berlatarbelakang politik," katanya tanpa memberi rincian lebih lanjut.
Pihak berwajib mengatakan, Jumat, seorang pria yang ditangkap pada Agustus -merujuk pada Bilal Mohammed dan Adem Karadag- telah mengaku dan merupakan tersangka berbaju kuning yang nampak dalam kamera keselamatan meletakkan ransel di kuil, beberapa saat sebelum ledakan.
Pria kedua yang ditangkap menggunakan telepon seluler untuk memicu bom, kata polisi.
Pihak berwajib sebelumnya mengatakan kedua pria tersebut sepertinya bukanlah si pengebom, dan menunjukkan ketidakkonsistenan penyelidikan polisi.
Langkah penumpasan, yang dilakukan Thailand terhadap perdagangan manusia di kawasan itu pada Mei, menyisakan krisis kemanusiaan internasional karena kelompok-kelompok kriminal meninggalkan kapal-kapal yang penuh imigran di laut dan tidak mau mengambil risiko menyelundupkan mereka melalui Thailand.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015