"Pada perempuan lebih lambat, karena pengaruh faktor hormonal. Hormon estrogen yang protektif pada gejala skizofrenia. Perempuan baru usia 30 tahunan bisa muncul (gejala skizofrenia)," ujar dia dalam seminar media di Jakarta, Senin.
Agung mengatakan, umumnya, gejala skizofrenia muncul di usia-usia produktif yakni 15-25 tahun.
Namun, pada laki-laki bisa lebih cepat. Gejala ini, pada penderita, kata dia, misalnya tidak bisa menyampaikan ide secara runut, konsentrasi terganggu, berhalusinasi atau memiliki persepsi inderawiah palsu dan pergolakan emosi.
Lebih lanjut, orang dengan gangguan skizofrenia (ODS) biasanya mengalami halusinasi seperti seolah-olah mendengar adanya suara. Padahal, suara itu tak terdengar oleh orang lain yang normal.
Selain itu, penderita juga merasa yakin orang lain membaca pikiran, mengendalikan pikiran mereka atau bahkan seakan merencanakan untuk menyakiti mereka.
Menurut Agung, gangguan jiwa ini disebabkan berlebihnya jumlah dopamin di otak sehingga proses berpikir penderita terganggu.
Dia mengatakan, biasanya, mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah menderita skizofrenia, berisiko juga mengalami hal serupa.
"Faktor risiko skizofrenia misalnya bila ada riwayat dalam keluarga (mengalami skizofrenia)," kata dia.
Lebih lanjut, tingkat kerentanan ini terhadap penyakit memiliki angka berbeda-beda, tergantung pada dekat atau jauhnya jarak dalam garis keturunan terhadap orang yang telah atau sedang mengalami gangguan skizofrenia ini.
Selain itu, kelainan bawaan yang terjadi selama masa kehamilan misalnya malnutrisi pada tiga bulan pertama, infeksi virus, juga diduga menjadi penyebab munculnya gangguan ini.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015