Sang peneliti, Elisabeth Duursma, mengatakan pada The Daily Mail: "Dampaknya sangat besar jika para ayah mulai membaca dongeng untuk anak-anak di bawah usia dua tahun."
Studi tersebut menemukan pria dan wanita memiliki cara yang berbeda saat membacakan dongeng. Para ibu cenderung bertanya mirip guru terkait fakta-fakta seperti "berapa apel yang kamu lihat?"
Sementara para ayah lebih suka menanyakan hal-hal abstrak yang menyalakan diskusi imaginatif.
Dr Elisabeth yang saat ini berkantor di Wollongong di New South Wales, Australia, yang akan menyajikan karyanya di konferensi internasional minggu ini mengatakan: "para ayah cenderung berkata hal-hal seperti, oh, lihat, sebuah tangga. Kamu ingat saat aku punya tangga seperti itu di truk milikku?"
"Itu baik untuk perkembangan bahasa anak-anak karena mereka harus menggunakan otaknya lebih banyak. Itu lebih menantang secara kognitif."
Pakar pengasuhan anak Justin Coulson menambahkan: "Ketika kita membaca pada anak-anak kita, kita memperbanyak kosa kata mereka. Kita membantu mereka untuk merasa aman dan hal ini bisa menimbulkan dampak besar pada kapasitas belajarnya."
"Riset telah menunjukkan secara konsisten bahwa para orang tua yang membaca dongeng buat anaknya meningkatkan kualitas hubungan, hasil akademik dan ketahanan."
Disamping manfaat-manfaat tersebut, riset dari Inggris menemukan bahwa satu dari empat orang tua tidak pernah membacakan dongeng untuk anak-anak balitanya, atau membaca hanya sekali setiap enam bulan.
Hanya separuh dari orang tua mengatakan bahwa mereka membaca pada anak mereka setiap hari.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015