Sebagian pelaku pasar masih wait and see untuk masuk ke aset rupiah, penyerapan anggaran masih dinanti pelaku pasar uang di dalam negeri
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore menguat tipis lima poin menjadi Rp14.675 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.680 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa masih minimnya sentimen positif membuat penguatan rupiah terhadap dolar AS masih cenderung terbatas.
"Penguatan rupiah cenderung hanya karena faktor teknikal, diperkirakan sebagian pelaku pasar uang hanya melakukan ambil untung sesaat," katanya.
Menurut dia, proyeksi ekonomi domestik yang melambat baik pada tahun ini dan pada tahun 2016 mendatang masih akan menahan rupiah untuk bergerak di area positif secara berkelanjutan. Apalagi jika kinerja pemerintah dalam hal penyerapan anggaran tidak sesuai harapan.
"Sebagian pelaku pasar masih wait and see untuk masuk ke aset rupiah, penyerapan anggaran masih dinanti pelaku pasar uang di dalam negeri," katanya.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus menambahkan bahwa sentimen terhadap aset beresiko belum pulih menyusul pernyataan ketua Federal Reserve AS yang belum memastikan waktu untuk menaikan suku bunganya.
"Gubernur the Fed Janet Yellen mengatakan suku bunga akan naik pada tahun ini. Namun rencana itu bisa berubah jika terjadi kejutan di perekonomian," paparnya.
Ia mengatakan bahwa fokus pasar juga sedang tertuju pada data final produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat periode kuartal kedua yang diperkirakan sebesar 3,7 persen. Jika data PDB itu lebih tinggi dari perkiraan, maka dolar AS berpeluang mendominasi kembali mata uang lainnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (25/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp14.690 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.623 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015