Palembang (ANTARA News) - Kabut asap yang melanda Kota Palembang dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah daerah Provinsi Sumatera Selatan pada musim kemarau saat ini terasa semakin pekat dan mengganggu kesehatan warga kota setempat.
"Kabut asap yang menyelimuti udara Kota Palembang dan sekitarnya akhir-akhir semakin pekat dan mulai menimbulkan gangguan berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat, kondisi ini diharapkan segera diatasi pemerintah daerah setempat sehingga tidak membuat masyarakat semakin menderita," kata aktivis Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Sumatera Selatan Syarifudin Kobra di Palembang, Jumat.
Menurut dia, berdasarkan pemantauan dan data yang dihimpun di lapangan, kabut asap di Palembang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah seperti Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, dan sejumlah daerah lainnya yang terdapat perusahaan perkebunan dan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Kabut asap yang mencemari udara ibu kota Provinsi Sumsel itu, mengakibatkan ribuan warga setempat mengalami gangguan kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), batuk, dan iritasi mata.
Khusus penyakit ISPA, berdasarkan data dari 39 pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Kota Palembang, dalam dua bulan terakhir tercatat lebih dari 30 ribu penderita mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Selain mengganggu kesehatan masyarakat, kabut asap juga mengganggu berbagai aktivitas masyarakat termasuk penerbangan di Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang sering mengalami penundaan jadwal penerbangan bahkan pembatalan.
Melihat kondisi tersebut, diharapkan kepada pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten dan provinsi setempat untuk melakukan kegiatan penanggulangan masalah kabut asap yang lebih serius sehingga tidak menimbulkan masalah yang lebih besar.
Kemudian pihaknya bersama Walhi Sumsel juga berupaya memfasilitasi masyarakat yang menderita sakit serta mengalami gangguan berbagai aktivitas akibat kabut asap melakukan gugatan kelompok (class action) kepada pihak-pihak yang dianggap bertanggungjawab atas terjadinya masalah yang merugikan masyarakat itu, ujarnya.
Sementara Kepala Puskesmas Merdeka Palembang, dr Desty Alsen mengatakan, penderita ISPA yang berobat di tempatnya itu akhir-akhir ini cukup banyak akibat pengaruh semakin pekatnya kabut asap mencemari udara kota setempat.
Selama musim kemarau beberapa bulan ini, dalam sehari pihaknya rata-rata melayani puluhan masyarakat yang mengeluhkan menderita sesak napas dan batuk-batuk serta gejala penyakit ISPA lainnya.
Untuk mencegah terkena ISPA, dalam kondisi udara yang tercemar polusi kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah Sumsel, pihaknya mengimbau seluruh lapisan masyarakat untuk mengurangi aktivitas di ruangan terbuka dan menggunakan masker agar tidak kontak secara langsung dengan udara yang tercemar polusi asap dan abu.
Selain itu, diimbau kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengatur pola makan dengan gizi seimbang, serta meminum air putih sebanyak-banyaknya, ujar Desti.
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015