"Nilai tukar rupiah kembali bergerak terdepresiasi terhadap dolar AS menyusul belum adanya momentum positif di dalam negeri dan global. Beberapa hal yang mempengaruhi pelemahan rupiah diantaranya proyeksi perekonomian Indonesia yang masih akan mengalami perlambatan," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.
Ia mengemukakan bahwa pernyataan Bank Indonesia yang memprediksi kondisi ekonomi Indonesia sampai semester pertama 2016 belum menunjukan perbaikan menyusul neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia yang masih defisit, belum mampu menolong rupiah.
"Harapan perbaikan ekonomi masih minim sehingga membuat laju nilai tukar rupiah cenderung berada di area negatif. Intervensi pasar oleh BI pun diperkirakan hanya bersifat jangka pendek sepanjang belum ada kabar positif dari kinerja pemerintah terutama dalam menyerap anggaran belanja infrastruktur," katanya.
Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang menambahkan bahwa faktor depresiasi nilai tukar rupiah datang dari berbagai sentimen baik dari domestik maupun eksternal.
"Sentimen utama datang dari bank sentral AS (the Fed) yang akan menaikan suku bunga acuannya, situasi itu membuat likuiditas dolar AS di dalam negeri menjadi terbatas karena kebijakan the Fed itu akan mendorong mata dolar AS kembali ke negara asal," katanya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, fundamental ekonomi Indonesia yang cenderung masih melambat membuat investor enggan untuk berinvestasi di dalam negeri. Perlambatan ekonomi Indonesia itu seiring dengan pemangkasan yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Indonesia.
"Pemangkasan target pertumbuhan ekonomi menambah kejelasan bahwa ekonomi Indonesia masih melambat ke depannya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015