AM Fatwa mengenal Buyung sejak ia menjadi staf khusus Gubernur Ali Sadikin.
Fatwa aktif memberi perlawanan terhadap rezim otoriter Orde Lama dan Orde Baru yang kerap membawanya keluar masuk tahanan. Saat itu, Bang Buyung selalu memberi bantuan.
"Saya bertahun-tahun menjadi klien dari Bang Buyung. Kalau saya ditangkap, pasti Bang Buyung tampil membela saya, bahkan malam pun dia datang," kata Wakil Ketua MPR RI periode 2004-2009 itu, di rumah duka, di Jakarta, Rabu.
"Pernah saat saya ditahan, dia menjenguk istri saya yang melahirkan. Itu menunjukkan bagaimana Bang Buyung membela kemanusian dengan rasa kasih dan solidaritas yang sulit ditemukan pada banyak orang," tutur AM Fatwa.
Menurut Fatwa, Buyung merupakan sosok yang akan tampil paling depan dalam membela hak asasi manusia.
"Beliau untuk soal menyangkut penindasan kemanusiaan dan penindasan keadilan, pasti tampil. Tidak mau ketinggalan," ujarnya.
Di sisi lain, lanjut Fatwa, Bang Buyung yang dikenal berani dan tegas itu ternyata memiliki pribadi yang humoris.
"Secara pribadi, dia itu humoris, banyak berkawan, dan tidak suka banyak musuh. Jadi meskipun berbeda tapi dekat secara pribadi," ungkap Fatwa.
Buyung lahir di Jakarta, 20 Juli 1934. Ia dikenal sebagai pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang aktif memperjuangkan penegakan hukum dan demokrasi. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bagian Hukum tahun 2007-2009 pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Adnan Buyung wafat pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada Rabu, pukul 10.17 WIB.
Buyung meninggal setelah menderita komplikasi ginjal, lambung, dan paru-paru yang sudah dideritanya bertahun-tahun.
Jenazah akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir pada Kamis, 24 September 2015 pukul 08.00 (setelah salat Idul Adha).
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015